PERTANIAN

Buah Naga Buleleng Siap Tembus Pasar Internasional

MONITOR, Denpasar – Buah naga merupakan komoditas buah yang berpotensi ekspor dan mulai berkembang di beberapa sentra produksi.  

Terdapat berbagai varietas buah naga yaitu buah naga naga putih (Hylocereus undatus), buah naga ungu (Hylocereus polyrhizus), buah naga merah (Hylocereus costaricensis) dan buah naga kuning (Selenicereus megalanthus).
 
Tidak hanya buahnya yang menarik,  buah naga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.  Manfaat buah naga antara lain membantu proses pencernaan, mencegah asteriosklereosis, menjaga kesehatan tubuh, kesehatan mata dan lain-lain.
 
Kabupaten Buleleng merupakan kabupaten sentra buah naga di Provinsi Bali. I Wayan Kantra, pionir buah naga organik di Bali mampu melihat peluang dan potensi besar pengembangan buah naga di Bali.

Wayan mengubah lahan tandus yang tidak produktif menjadi hamparan kebun buah naga organik bersama petani lain. Yakni melalui Kelompok Tani Gunung Sari yang beranggotakan 20 orang.  
 
Kini lahan tersebut berkembang menjadi lokasi agro wisata dan telah memiliki sertifikat organik Institute for Marketecology (IMO) Control pada tahun 2016 dari perusahaan Swiss. Kantra mengembangkan buah naga merah varietas jenis mawar, yang berasal dari Banyuwangi secara bertahap mulai tahun 2011.
 
“Produksi buah naga organik Poktan Gunung Sari dengan produksi 600-700 ton/tahun, luasan 11 ha dengan umur tanaman sekitar 9 tahun’ ujar Kantra. Lahan produksi terletak di Desa Bulian, Kec. Kubu Tambahan, Kab. Buleleng.  Harga buah naga organik dijual Rp. 8000/kg,” tambah Kantra.
 
Kantra memanfaatkan kotoran sapi hasil fermentasi menjadi pupuk organik. Selain mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik, ia juga mampu menghasilkan biogas.

Adapun pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT) di kebunnya, kata dia, menggunakan berbagai ekstrak bahan nabati seperti brotowali, daun sirsak, lengkuas dan sebagainya. Selain itu, sanitasi lahan rutin dilakukan untuk memutus siklus hidup hama.
 
“Pengelolaan secara organik dan ramah lingkungan membentuk keseimbangan alami antara hama dan musuh alaminya, sehingga dihasilkan buah naga organik,” beber dia.
 
Dalam rangka persiapan ekspor perdana buah naga ke Bali, saat ini telah dilakukan koordinasi dengan instansi terkait maupun pemerintah setempat.  Persiapan yang telah dilakukan meliputi pengelolaan kebun dan sanitasi, pencatatan, monitoring, pengendalian OPT di kebun registrasi, bimtek identifikasi OPT; pengujian keamanan pangan buah naga dan penyiapan data intersepsi  OPT.
 
Untuk mendukung rencana ekspor buah naga Buleleng ke Bali, telah dilakukan persiapan dan pembinaan ke rumah kemas ke PT. Bali Organik Subak (BOS), PT. Narendra Mandara Sukses dan PT. Duo Putri Abadi.  Ketiga perusahaan ini merupakan eksportir buah untuk manggis ke beberapa negara tujuan ekspor.
 
Untuk mendukung rencana ekspor buah naga, Kantra memaparkan kalau pihaknya dibantu Dinas Pertanian Provinsi Bali, UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Bali serta Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng.

Mereka saat ini terus melakukan peningkatan produk dan mutu baik di lahan maupun di collecting house. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu melakukan mitigasi penanganan OPT yang menjadi perhatian negara pengimpor, meregistrasi kebun sesuai GAP dan Integrated Pest Management (IPM).

“Termasuk memperbaiki fasilitas collecting house sesuai standar,” jelas dia.
 
Secara terpisah, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Yasid Taufik, menjelaskan bahwa peningkatan kinerja ekspor buah buah naga dapat dilakukan penerapan sistem jaminan mutu di seluruh rantai produksi.

“Penerapan jaminan mutu dapat diperoleh melalui standardisasi produk hasil pertanian dari hulu ke hilir melalui penerapan budidaya yang baik di tingkat produksi (Good Agricultural Practices), penanganan pasca panen yang baik (Good Handling Practices), pengolahan (Good Manufacturing Practices) dan di tingkat distribusi hingga produk sampai ke tangan konsumen,”tambah Yasid.

Yasid memaparkan bahwa Penerapan GAP-SOP dan GHP perlu dilakukan secara berkesinambungan dalam rangka memperkuat daya saing ekspor buah naga Indonesia. Sehingga komoditas hortikultura memiliki pasar baik di dalam maupun luar negeri.

“Tentunya pengembangan buah naga perlu difasilitasi melalui bantuan sarana dan prasarana baik dari pemerintah pusat maupun daerah,” pungkasnya.

Recent Posts

Hapus Larangan Siaran Langsung Persidangan, DPR Dinilai Jamin Keterbukaan Informasi dan Transparansi

MONITOR, Jakarta - DPR RI dan Pemerintah sepakat menghapus ketentuan yang melarang publikasi siaran langsung…

6 jam yang lalu

Soroti Penyalahgunaan Mobil Dinas, DPR Dorong Polri Beri Sanksi Agar Jadi Pelajaran

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI, Martin Tumbelaka, menyesalkan insiden penyalahgunaan kendaraan dinas…

6 jam yang lalu

Pemerintah Belum Resmi Tetapkan Haji Jalur Laut, Tapi Peluang Terbuka

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan bahwa pemerintah belum menetapkan agenda resmi untuk…

7 jam yang lalu

DPR Ungkap Kebijakan Jam Sekolah Lebih Pagi Harus Dibarengi Pendekatan Psikososial

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI, Arzeti Bilbina menanggapi kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov)…

9 jam yang lalu

Kemenperin dan PT IMIP Buka Kelas Beasiswa

MONITOR, Jakarta - Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk terus menjalankan kebijakan hilirisasi industri karena berperan penting…

10 jam yang lalu

Kloter Terakhir Terbang dari Madinah, Ketua PPIH Bersyukur Fase Pemulangan Lancar

MONITOR, Madinah - Fase pemulangan jemaah haji Indonesia yang berangkat pada gelombang II dari Daerah…

10 jam yang lalu