Jumat, 26 April, 2024

Kementan Dorong Petani Genjot Tanam Lahan Kering Tadah Hujan

MONITOR, Jakarta – Curah hujan yang merata di sejumlah wilayah di Indonesia ternyata memiliki dampak positif bagi petani di lahan kering. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), perkiraan curah hujan sedang atau sebesar 200 mm.

Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Bambang Sugiharto, pun meminta agar para petani memanfaatkan musim hujan saat ini.

“Hujan harus dimanfaatkan betul oleh para petani di daerah pertanian yang tidak memiliki irigasi,” kata Bambang Sugiharto di Jakarta, Jumat (31/1) sore.

Selain sawah tadah hujan, ia menjelaskan, lahan kering juga dapat dioptimalkan. Sebab, berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementan ada sebanyak 24 juta Hektar yang bisa digunakan untuk komoditi tanaman pangan.

- Advertisement -

Ia mengungkapkan, diantara lahan kering yang potensial berada di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Untuk mendukung peningkatan produksi di lahan kering, Kementan melalui Direktorat Jenderal tanaman pangan tahun ini mengalokasikan bantuan sebesar 470 ribu hektar berupa benih padi, pupuk dan herbisida.

“Pemanfaatan lahan kering ini bisa menjadi penyumbang produksi padi nasional, Jika benar benar optimal,” kata Bambang.

Bahkan menurutnya ada beberapa tipologi lahan yang bisa dimanfaatkan untuk pertanaman lahan kering. Selain kawasan sawah tadah hujan yang sudah biasa untuk budidaya padi lahan kering, Bambang menjelaskan, kawasan pengembangan padi lahan kering dapat menggunakan tiga sub-ekosistem, yaitu di daerah datar termasuk bantaran sungai, kawasan perbukitan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan tumpangsari dengan tanam perkebunan muda.

Ia menambahkan, untuk pengawalan program Kementan akan terus memonitoring langsung melalui Kostratani (Komando Strategi Pembangunan Pertanian) di level kecamatan. “Dalam kostratani kan lengkap ada penyuluhan, untuk pengendalian hama ada brigade OPT, ada juga brigade alsin,” ujarnya.

Adapun segi permodalan, pemerintah menyiapkan skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga rendah 6%. Dina, salah satu kasubdit Padi di Direktorat Serealia Kementan menjelaskan, dalam rangka pengembangan lahan kering penggunaan varietas-varietas unggul yang sesuai dengan agroklimat setempat juga harus disebarluaskan ke petani.

“Maksudnya, supaya petani tidak selalu menanam varietas lokal yang produktivitasnya rendah. Biasanya kan di lahan kering itu hanya sekitar 2 ton/ha, karena kebanyakan masih pakai varietas lokal,” terang Dina.

Menurut catatan, rata-rata produktivitas padi lahan kering secara nasional sebesar 3,5 ton/ha, dimana ini merupakan agregat dari penggunaan varietas lokal dan varietas unggul.

Dengan program pengembangan padi lahan kering seluas hampir 500 ribu ha pada tahun 2020 ini, Dina berharap dapat terjadi penyebaran penggunaan varietas unggul yang dapat meningkatkan produktivitas.

“Percampuran varietas dalam satu hamparan juga akan menguntungkan dari sisi pengendalian OPT, apalagi dengan penggunaan varietas unggul dan bantuan pupuk serta pestisida, targetnya produktivitas nasional bisa meningkat jadi 5 ton/ha lebih,” ujar Dina.

Terkait penggunaan benih, selain seri Inpago, varietas padi lahan kering lainnya adalah varietas Rindang yang tahan naungan dan kekeringan dan varietas Luhur yang cocok di dataran tinggi. Informasi dari UPBS BB Padi Sukamandi, pada saat ini tersedia setidaknya 38 ton benih sumber yang terbagi dalam kelas benih penjenis (BS), benih dasar (FS) dan benih pokok (SS).

“Tentu saja benih sumber tersebut membutuhkan perbanyakan melalui penangkaran benih sehingga akan tersedia cukup benih padi di kelas benih pokok (label ungu) dan benih sebar (label biru) yang siap ditanam petani. Selain itu, beberapa varietas padi sawah juga adaptif di lahan kering misalnya dari seri Inpari 10,11, 18, 19 dan lain-lain,” pungkas Dina.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER