PENDIDIKAN

Kemendikbud Berikan 2,4 Juta Buku untuk Daerah 3T

MONITOR, Jakarta – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengirimkan sebanyak 2.402.320 eksemplar buku ke wilayah tertinggal, terdepan, terluar (3T) dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

“Sejak 2016, Gerakan Literasi Nasional hadir sebagai salah satu bagian dari implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti,” ujar Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Dadang Sunendar dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (6/11/2019).

Ia menambahkan bahwa pencetakan dan pengiriman buku-buku literasi merupakan salah satu upaya untuk pemerataan tingkat literasi masyarakat sehingga melalui program pengiriman buku ke wilayah 3T diharapkan para peserta didik dan masyarakat dapat meningkat minat dan kemampuan bacanya.

Ia menambahkan, sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus mampu mengembangkan budaya literasi sebagai prasyarat kecakapan hidup abad ke-21 melalui pendidikan yang terintegrasi, mulai dari keluarga, sekolah, sampai masyarakat.

“Selama ini masyarakat Indonesia sebagian besar telah mengenal enam jenis literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan,” tambah dia.

Dalam sejarah peradaban manusia, membaca dan menulis merupakan literasi yang dikenal paling awal oleh manusia. Membaca dan menulis termasuk literasi fungsional yang berguna besar dalam kehidupan sehari-hari. Membaca merupakan kunci untuk mempelajari segala ilmu pengetahuan, termasuk informasi dan petunjuk sehari-hari yang berdampak besar bagi kehidupan.

Dengan memiliki kemampuan membaca dan menulis, seseorang dapat menjalani hidupnya dengan kualitas yang lebih baik.

Dadang menyampaikan bahwa Gerakan Literasi Nasional merupakan upaya untuk memperkuat sinergi antarunit utama pelaku gerakan literasi dengan menghimpun semua potensi dan memperluas keterlibatan publik dalam menumbuhkembangkan dan membudayakan literasi di Indonesia.

“Gerakan literasi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab semua pemangku kepentingan termasuk dunia usaha, perguruan tinggi, organisasi sosial, pegiat literasi, orang tua, dan masyarakat. Oleh karena itu, pelibatan publik dalam setiap kegiatan literasi menjadi sangat penting untuk memastikan dampak positif dari gerakan peningkatan daya saing bangsa,” jelas Dadang lagi.

Recent Posts

Merintis Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, Dua Pengusaha Berkolaborasi

MONITOR, Jakarta – Visi pengembangan pariwisata berkelanjutan yang mengangkat nilai-nilai lokal Indonesia menjadi perhatian besar…

3 jam yang lalu

Berangkatkan Mahasiswa ke Tiga Negara, UIN Jember Rilis Overseas Student Mobility Program

MONITOR, Jakarta - Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember…

4 jam yang lalu

Pasukan TNI Polri Berhasil Evakuasi Jenazah Alexsander Parapak Korban Penembakan OPM

MONITOR, Timika - Pasca Aparat Keamanan (Apkam) Gabungan TNI Polri merebut Distrik Homeyo, Kabupaten Intan…

4 jam yang lalu

Dialog Bareng KAHMI dan ICMI, Prof Rokhmin: Negara ini Sakit Sebenarnya

MONITOR, Cirebon - Berbagai tantangan dan persoalan yang dialami bangsa Indonesia dinilai kian mengkhawatirkan dari…

4 jam yang lalu

Percepatan Tanam, Kementan Tinjau Tanaman Padi Organik di Magelang

MONITOR, Magelang - Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI, Suwandi terus berkeliling ke berbagai…

5 jam yang lalu

Perkuat Cybersecurity Indonesia, Telkom bersama F5 Kokohkan Kemitraan Strategis

MONITOR, Jakarta - Menjawab kebutuhan terhadap layanan keamanan digital yang terus meningkat di Indonesia, PT…

5 jam yang lalu