Rabu, 24 April, 2024

BKP Kementan-Teknopark Grobogan Akselerasi Pengembangan Industri Pangan Lokal

MONITOR, Grobogan – Untuk memantapkan kemandirian pangan di daerah, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan) memfokuskan salah satu kegiatannya pada Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL).

Hal tersebut dikatakan Kepala BKP Kementan Agung Hendriadi, ketika memberikan sambutan dalam penandatanganan kesepakatan bersama dengan Bupati Grobogan, Rini Sumarni di kawasan Teknopark Grobogan, Kamis (3/10/2019).

“Kesepakatan ini adalah untuk pengembangan industri pangan lokal. Kita harus membangun korporasi dari hulu hingga hilir, sehingga ada nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan petani” Ujar Agung.

Selaras dengan pernyataan Agung, Rini Sumarni mengatakan, Teknopark Grobogan dibangun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penggunaan teknologi dan inovasi.

- Advertisement -

Agung juga menyatakan bahwa Kabupaten Grobogan akan dijadikan sebagai percontohan nasional dalam pengembangan industri pangan lokal. Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah ini merupakan salah satu penerima sasaran kegiatan PIPL.

“Teknopark Grobogan akan kami jadikan training center nasional untuk pengembangan industri pangan lokal dan sudah dituangkan dalam MoU dengan Bupati Grobogan,” tambah Agung.

Pada tahun 2019 BKP Kementan melakukan kegiatan PIPL kepada 10 kelompok pangan lokal di 10 provinsi, yaitu: Riau, Lampung, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, dan Papua. Komoditas utama yang dikembangkan adalah ubi kayu, jagung, dan sagu.

Menurut Agung, PIPL difokuskan pada produksi tepung berbasis pangan lokal sebagai alternatif bahan baku untuk industri pangan olahan.

Untuk itu Agung menegaskan pentingnya tiga komponen dalam pelaksanaan PIPL, yaitu petani sebagai produsen bahan baku, kelompok pengolahan pangan, dan pemasaran sebagai off taker.

“PIPL diharapkan memproduksi tepung berbasis pangan lokal yang berkualitas, untuk memenuhi kebutuhan industri pangan dalam negeri,” kata Agung.

Seusai menandatangani kesepakatan bersama, Agung bersama Bupati Grobogan meninjau produksi tepung mocaf menggunakan teknologi vertical mill dryer. Dengan teknologi ini proses penepungan dan pengeringan dilakukan dalam satu alat. Kapasitas alat 150 kg/jam produk atau 1,5 ton per hari.

Agung berharap UKM dapat didorong untuk memproduksi tepung lokal dalam skala industri, sehingga dapat memenuhi kebutuhan industri pangan nasional.

“Secara bertahap produk tepung lokal dapat terserap oleh pasar, sehingga perlahan-lahan dapat mendominasi penyediaan bahan baku industri pangan dan menurunkan impor terigu,” pungkas Agung.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER