Sabtu, 20 April, 2024

Delapan Kunci Kemenangan Jokowi-Ma’ruf

Oleh: Jerry Massie MA, PhD*

Sampai kini Jokowi masih unggul atas kampriotnya Pranowo dalam rekap yang dirilis KPU di 19 provinsi Jokowi masih leading 37 juta.

Faktor apa yang membuat Jokowi unggul?

Pertama Faktor Relawan.

- Advertisement -

Bukan hanya 2019 ratusan organisasi relawan bahu-membahu mendukung Jokowi sebut saja Projo, Bara JP, Wira Lentera Jiwa (We Love Jokowi), Seknas Jokowi, Kita Jokowi, Almisbat, Kawan Jokowi. Dalam daftar ada 59 tapi diperkirakan jumlahnya cukup banyak.

Memang relawan punya peran penting dalam pemenangaj 2014 lalu. Kala itu duet Jokowi-Jusuf Kalla menang atas Prabowo-Hatta Radjasa di 33 provinsi, 497 kabupaten/kota. Jokowi meraup 53,19 persen atau 71,1 juta dan Prabowo 46,81 persen atau 65,2 juta suara.

Saat itu, Jokowi menang di 23 provinsi sedangkan Prabowo hanya menang di 10 provinsi.

Setidaknya perjuangan para relawan cukup berarti memberikan kemenangan bagi Jokowi.

Faktor Kedua, Sertifikat tanah. Sejauh ini Presiden Jokowi getol memberikan bantuan buat masyarakat kurang mampu lewat programnya tersebut. Tercatat 2017 Jokowi membagikan 5 juta sertifikat, 2018 sebanyak 7 juta dan 2019 (9 juta) bahkan sampai 11 juta. Kalau ditambah 5+7+11 = 23 juta, ini saja suara Jokowi cukup signifikan.

Faktor Ketiga, Dana Desa Punya Daya Magis

Tak dipungkiri selain program sertifikat gratis dana desa salah satu keunggulan Jokowi. Kendati kalah di 11 provinsi tapi kemenangan mantan Walikota Solo ini tak lepas dari bantuan dana desa. Dalam tahun 2016 pemerintah mengucurkan anggara sebesar 2015 (Rp 20,77 triliun), triliun, 2016 (Rp 46,98 triliun), 2017 (Rp 60 Triliun) dan 2018 (Rp 70 triliun) ditambah dana kelurahan Rp 3 triliun. Setidaknya dari 185 pemilih di Indonesia

Sebanyak 192 juta menurut data Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dari jumlah itu desa-desa cukup dominan. Data dari BPS jumlah desa di Indonesia mencapai 82 ribu.

Keempat, Disupport Warga NU

Kita tahu bersama Nahdatul Ulama punya peran penting dalam kemenangan Jokowi. Jumlah anggota menurut laporan 2015 sebanyak 90 juta. Jadi, suara mereka cukup dominan. Khususnya basis NU Jawa Timur
dengan jumlah pemilih terbanyak kedua dibawah Jawa Barat dengan total pemilih 30,9 juta.

Seperti diketahui, NU punya catatan sejarah perpolitikan di tanah air. Mereka menduduki peringkat kelima pada Pemilu I tahun 1955. Pemenang kala itu adalah Partai Nasional Indonesia (PNI) meraih 57 kursi DPR dan 119 kursi Konstituante (22,3 persen), Masyumi 57 kursi DPR dan 112 kursi Konstituante (20,9 persen) dan Nahdatul Ulama (NU) 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante (18,4 persen). Jadi selain Muhammadiyah, NU adalah barometer kemenangan Jokowi.

Kelima, Dukungan Kaum Mileneal

Kendati pasangan Jokowi bukan dari mileneal seperti Sandiaga Uno tapi dari 80 juta voters pemilih pemula atau 40 persen, suara Jokowi cukup besar dikalangan ini. Sebelumnya setiap survei Jokowi menguasai ini berkat politik dilan Jokowi. Strategi ini mampu mendulang suara yang besar. Berdasarkan hasil survei LSI sebelum pilpres, dukungan Jokowi-Amin di segmen pemilih milenial dalam rentang 54, 9 persen hingga 64,8 persen. Sementara dukungan Prabowo-Sandi di pemilih milienal, dalam rentang elektabilitas 35,2 persen hingga 45,1 persen.

Keenam, Faktor Pembangunan Infrastruktur

Tak sia-sia grand design pembangunan jalan tol dan jembatan dan sebagainya.
Tahun 2019, anggaran infrastruktur Rp 410,4 triliun dan 2019 tembus Rp 415 triliun. Anggaran ini cukup fantastis. Tapi semua untuk pembangunan. Dengan anggaran Rp 187 triliun pemerintahan Jokowi mampu membangun 191 ribu km jalan desa. Sampai 2018 telah terbangun 3432 km jalan nasional.

Sedangkan selang 4 tahun pemerintahannya, Jokowi telah membangun 41,063 meter jembatan. Bahkan membangun Light Rail Transit (LRT) di Palembang dengan anggaran Rp 11,4 triliun, dan pembangunan MRT di Jakarta. Berkat prestasi ini, para pemilih tak segan memberikan suaranya. Sampai kini, selisih suara masih14.153.429 (14 juta)  secara total Jokowi – Amin memperoleh 55,59 persen, atau 70.324.295 (70,3 juta) suara. Jokowi menang di 16 provinsi dan Prabowo di 10 provinsi dari rekapitulasi 27 provinsi.

Sementara Prabowo- Sandi mengumpulkan 56.170,866 (56 juta) suara, atau 44,41 persen. Sedangkan selang 4 tahun pemerintahannya Jokowi telah membangun 41,063 meter jembatan. Bahkan membangun Light Rail Transit (LRT) di Palembang dengan anggaran Rp 11,4 triliun, dan pembangunan MRT di Jakarta. Berkat prestasi ini, para pemilih tak segan memberikan suaranya. Sampai kini, selisih suara masih14.153.429 (14 juta)  secara total Jokowi – Amin memperoleh 55,59 persen, atau 70.324.295 (70,3 juta) suara. Jokowi menang di 16 provinsi dan Prabowo di 10 provinsi dari rekapitulasi 27 provinsi.

Sementara Prabowo-Sandi hanya mengumpulkan 56.170,866 (56 juta) suara, atau 44,41 persen.

Kedelapan, Faktor Jatim dan Jateng

Kedua Provinsi ini adalah lumbung suara Jokowi-Maruf. Jatim dengan 30 juta serta Jateng 27 juta memberikan angin segar bagi Jokowi. Kendati kalah di Jabar dan Banten tapi dua daerah ini bisa menutupi kekalahan di Pulau Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Di Jateng yang dikuasai PDI-P ini, Jokowi unggul selisih cukup besar yakni 11,8 juta suara sedangkan pleno di Jatim Jokowi leading
di Jawa Timur Jokowi-Ma’ruf 16.231.668 atau 65,79 persen Prabowo-Sandi 8.441.247 atau 34,21 persen. Bahkan DKI Jakarta menyumbang kemenangan bagi kubu 01 Jokowi.

*Penulis merupakan Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER