Jumat, 19 April, 2024

Batam Siap Mandiri Cabai dan Bawang Merah

MONITOR, Batam – Kementerian Pertanian memberi perhatian besar pada pengembangan cabai dan bawang merah di beberapa kabupaten Kepulauan Riau seperti Bintan, Lingga, Karimun dan Kota Batam. Pemerintah berharap kebutuhan dua komoditas tersebut dapat terpenuhi dari hasil panen petani daerah setempat.

Terletak di kawasan perbatasan, para petani di Kepulauan Riau bertekad dapat memproduksi sayuran berkualitas dengan harga yang kompetitif.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Moh Ismail Wahab, saat dihubungi Selasa (27/3), mengatakan pihaknya terus mendorong pengembangan sayuran unggul di kawasan perbatasan dengan cara menggandeng petani muda milenial.

“Tantangan kita adalah bagaimana mengefisienkan biaya produksi hortikultura agar lebih berdaya saing dan kompetitif di pasar ekspor. Strateginya bisa dengan merangkul generasi muda milenial. Harapannya proses transfer teknologi bisa dilakukan lebih cepat,” ujar Ismail.

- Advertisement -

Menurut Ismail, saat ini Kementerian Pertanian menargetkan bertambahnya sejuta petani milenial yang mampu menjadi penggerak untuk peningkatan produksi sayuran. Hal ini tentunya guna mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia tahun 2045.

“Kementan gencar melakukan bimbingan teknis kepada petani milenial. Fokusnya agar mereka tidak hanya sekedar memproduksi namun sekaligus berproduksi secara efisien sehingga mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain. Tumbuhnya petani-petani muda ini berkah yang harus dikelola sebaik-baiknya,” terang pria asal Sampang Madura ini.

Ismail menambahkan pentingnya budidaya sayuran yang baik, efisien dan ramah lingkungan. “Petani milenial dituntut menghasilkan produk yang aman konsumsi, bermutu baik, diproduksi secara ramah lingkungan, serta berdaya saing. Mulai dari penggunaan pupuk, obat-obatan atau pestisida, ongkos tenaga kerja, hingga penatalaksanaan pascapanen di tingkat petani harus diefisienkan. Jika biaya produksi efisien dan kualitasnya bagus, maka harga jual bisa bersaing, bahkan berpeluang untuk diekspor.”

Kasubdit Aneka Cabai dan Sayuran Buah, Mardiyah Hayati saat mengisi Bimbingan Teknis Hortikultura untuk Petani Milenial di Tanjungpinang, Kepulauan Riau menekankan pentingnya pengaturan pola tanam berbasis kebutuhan, “Konsep ini terlihat sederhana tapi dalam praktiknya perlu manajemen dan pengorganisasian yang baik. Intinya bagaimana memproduksi sesuai kebutuhan dan waktu yang tepat.”

Hasil analisis yang dibuat Tim Direktorat Jenderal Hortikultura menunjukkan pemenuhan kebutuhan cabai besar dan cabai rawit di wilayah Provinsi Kepulauan Riau masih mengalami defisit dibanding produksi lokalnya.

“Jumlah penduduk Kepulauan Riau tahun 2018 sebanyak 2,1 juta jiwa. Dibutuhkan pasokkan cabai besar setidaknya 7 ribu ton dan cabai rawit 6 ribu ton. Produksi cabai besar setempat sebanyak 2 ribu ton dan cabai rawit seribu ton. Jadi total kekurangannya sebanyak 10 ribu ton. Untuk itu, diperlukan perluasan areal cabai di Kepulauan Riau agar tidak tergantung pasokan dari daerah lain. Ini bagian dari upaya menciptakan kemandirian sayuran di luar Pulau Jawa”, terang Mardiyah.

Petani cabai Desa Malang Rapat, Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, Andi Purwanto mengaku optimistis mampu menghasilkan cabai yang lebih murah dibandingkan cabai yang dipasok dari luar Bintan. “Petani Bintan sudah mampu memproduksi cabai berkualitas. Tidak kalah dengan cabai dari sentra utama di Pulau Jawa. Kuncinya pakai benih unggul, penggunaan pupuk organik dan pestisida hayati yang dibuat sendiri dari bahan baku alam.”

Untuk dapat memproduksi cabai berkualitas para petani akan diberikan pendampingan dan bimbingan teknis dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan Provinsi Kepulauan Riau,”Kami minta diajari mengukur pH tanah agar penggunaan pupuk dan pestisida lebih tepat,” pinta Andi.

Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan Provinsi Kepulauan Riau, Irzan Busrayan, mengapresiasi upaya Kementan memperhatikan petani sayuran milenial, khususnya asal Provinsi Kepulauan Riau.

“Petani sayuran milenial ini akan kita tingkatkan kemampuan budidaya dan manajemen usahanya agar bisa bersaing di era global seperti saat ini. Apalagi posisi Kepulauan Riau secara umum berada di jalur perdagangan internasional. Ini peluang yang harus diambil dan dimanfaatkan,” jelas Irzan.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER