MONITOR, Gorontalo – Angka kemiskinan di provinsi itu berhasil diturunkan secara signifikan karena pemerintah menemukan solusi mujarab. Salah satunya berkat program Kementan melalui jagung yang meliputi bantuan bibit unggul dan pupuk turun tepat waktu serta adanya jaminan harga di tingkat petani.
Demikan disampaikan Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, selaku salah satu nara sumber dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) yang mengusung tema ‘Pembangunan SDM dan Sektor Pertanian di Gorontalo”, pada Rabu (30/1/2019), pukul 08.00-13.00 WITA.
“Pada saat saya dilantik, pada 2012, angka kemiskinan di Gorontalo ini masih 20%. Sampai akhirnya kami mendapat solusi, yakni dengan menggratiskan pendidikan, kesehatan kami gratiskan, kami melakukan pembangunan infrastruktur, dan menggagas ekonomi kerakyatan, termasuk di dalamnya pertanian dan peternakan,” katanya.
Terkait sektor pertanian, Rusli mengakui, sebelumnya kondisi petani jagung sangat memalukan. Karena, sambung dia, seringkali benih kurang bagus atau pupuknya tidak ada.
Lantaran itulah ditempuh upaya perbaikan, menurut Rusli, sehingga akhirnya Gorontalo berhasil mengekspor jagung hingga sebanyak 113 ribu ton. Kini, sambung dia, pupuk tersedia, bibit pun bagus. Hal lain yang juga dilakukan pemerintah terkait produk jagung adalah, Rusli mengungkapkan, penetapan standar harga jagung, yang tidak boleh kurang dari Rp3.100.
“Kebijakan Mentan itu muncul karena ada kondisi di mana ketika musim jagung panen, harga jagung turun, paling tinggi Rp 1500. Kemudian saya minta tolong ke Pak Menteri. Akhirnya Pak Menteri membuat standar harga hartga jagung tidak boleh di bawah Rp3.150 per kilogram. Ketika harga di bawah ini, Bulog harus turun membelinya dengan harga Rp 3.150 per kilogram. Inilah yang membuat petani sejahtera,” bebernya.
Diketahui, berdasarkan survei pada September 2018, BPS setempat melansir adanya penurunan angka kemiskinan hingga 0,98 poin, yakni menjadi 15,83 persen atau 188,30 ribu jiwa. Padahal pada Maret 2018, angka kemiskinan masih tercatat di 16.81 persen atau sebanyak 198,51 ribu jiwa.
Penurunan jumlah penduduk miskin dalam kurun Maret 2018—September 2018 tercatat terjadi baik di perkotaan maupun pedesaan. Namun dari angka yang diperoleh juga tampak bahwa penurunan kemiskinan di perkotaan jauh lebih banyak ketimbang di pedesaan.
Menururur Rusli, selain kinerja sektor pertanian, aksi nyata lainnya untuk menekan kemiskinan adalah dengan menggelar pasar murah.
“Kita alokasikan anggaran untuk pasar murah. Ini sejalan dengan perintah Presiden agar negara hadir di tengah-tengah rakyat. Oleh karena itu, setiap hadir di tengah rakyat, kita ada oleh-oleh untuk rakyat yaitu adalah pasar murah. Akhirnya kemiskinan pun turun,” tuturnya.
Mandi Listrik
Selain mengedepankan sektor pertanian dan pembangunan infrastruktur sebagai solusi, Rusli mengungkapkan, pemerintahannya juga memandang penting pemenuhan atas kebutuhan listrik di provinsi tersebut.
Diketahui, pada 2012-2014, listrik di Gorontalo berfungsi secara bergilir. Hal itu karena dari total kebutuhan 80 megawatt, yang mampu disiapkan ketika itu hanya 50 megawatt.
“Alhamduliilah, ketika itu dalam rapat dengan bapak Presiden Jokowi, langsung ditelpon Dirut PLN, hingga kemudian pada 3 juni 2018, presiden meresmikan listrik 100 megawatt di Paguan,” katanya.
Alhasil, Gubernur Rusli mengatakan, listrik sekarang surplus 80 megawatt. “Jika dulu tingkat elektrifikasi 48 persen, sekarang 98 persen. Dan pada 2020 target 100 persen. Kita bisa mandi listrik di Provinsi Gorontalo,” pungkasnya.