Selasa, 16 April, 2024

Lantik Tiga Rektor, Menag Ingin PTKIN jadi Kampus Berkelas Dunia

MONITOR, Jakarta – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin hari ini melantik tiga pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). Pelantikan ini digelar di Operation Room Kantor Kemenag Jalan Lapangan Banteng Barat 3 – 4, Jakarta.

Adapun tiga pimpinan PTKIN yang dilantik sebagaimana tercantum pada Keputusan Menteri Agama RI  Nomor : B.II/3/00429, B.II/3/00430, dan B.II/3/00431 yaitu: Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A sebagai Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Sumanta, M.Ag  sebagai Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syek Nur Jati Cirebon, dan Dr. Inayatillah, S.Ag, M.Ag sebagai Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Tengku Dirundeng Meulaboh.

Pada kesempatan itu, Menteri Lukman berpesan agar para pimpinan PTKIN selalu menjaga tradisi akhlak Islami dan intelektual yang terus berkembang di kampus-kampus PTKIN. Tak hanya bertumpu, kata Lukman, tapi juga setiap pengembangan intelektual yang dilakukan PTKIN harus berorientasi pada terwujudnya masyarakat yang berakhlak baik.

“Karena kita Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri, maka sebebas apapun intelektualitas kita berkembang, sebebas apapun kita menggali ilmu pengetahuan, saya ingin seluruhnya harus bertumpu pada akhlak,” ujar Menag.

- Advertisement -

Selanjutnya, Menag menekankan agar PTKIN di Indonesia menjadi kampus-kampus terdepan dan berkelas dunia. Diantara langkah yang dilakukan, pertama, civitas PTKIN harus akrab dengan persoalan aktual yang ada di masyarakat. Karena menurutnya, perguruan tinggi bukanlah menara gading.

“Saya minta PTKIN harus lebih proaktif untuk speak out, speak up merespon persoalan masyarakat. Khususnya dalam masalah agama dan persoalan kemasyarakatan pada umumnya.  Dan dalam merespon permasalahan itu tetaplah bertumpu pada moderasi beragama,” terangnya.

Selain itu, moderasi beragama juga perlu dilakukan, sebab saat ini masyarakat dihadapkan pada tarikan paham-paham keagamaan  yang sangat konservatif sehingga seolah tercerabut dari realitas kekinian.

“Di sisi ekstrim yang lain juga berkembang paham liberal, yang juga sesungguhnya tercerabut dari realitas kehidupan keagaamaan dan keIndonesiaan kita,” tukas Lukman.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER