Jumat, 29 Maret, 2024

RSCM Klarifikasi Ihwal Selang Cuci Darah, PSI: Prabowo Keterlaluan

MONITOR, Jakarta – Pernyataan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto tentang penggunaan selang cuci darah RS Cipto Mangunkusumo Jakarta jadi sorotan. Pasalnya, pihak manajemen RSCM akhirnya angkat bicara sekaligus membantah bahwa selang cuci darah tersebut digunakan oleh 40 orang pasien.

Adalah dr. Sumaryono, Direktur Medik dan Keperawatan RSCM mengatakan bahwa pihaknya menggunakan selang tersebut untuk hemodialisis hanya sekali pakai. Ia menegaskan, pihaknya selalu mengutamakan kualitas layanan dan keselamatan pasien.

“Pelayanan pasien di RSCM selalu mengutamakan mutu pelayanan dan keselamatan pasien demikian juga dengan pelayanan hemodialisis (cuci darah). Pelayanan hemodialisis di RSCM menggunakan selang dan dialiser satu kali pakai (single use),” ujarnya, sebagaimana diwartakan detik.com, Rabu (2/1/2019).

Sementara Prabowo sendiri berkeyakinan atas dasar laporan yang diterimanya. Ketua Umum Partai Gerindra ini mengungkapkan, dirinya mendapatkan laporan mengejutkan bahwa satu selang alat cuci darah pernah dipakai oleh 40 orang. Cerita tersebut disampaikan Prabowo dalam ceramah akhir tahun yang digelar di kediamannya di Bukit Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (30/12/2018).

- Advertisement -

“Saya dapat laporan di RSCM ada alat pencuci ginjal dan seharusnya hal itu punya saluran-saluran dari plastik, dari karet, dan tentunya dipakai satu orang satu kali. Saya dengar ada yang melaporkan kepada saya di RSCM hari ini dipakai 40 orang,” ujar Prabowo kala itu.

Polemik selang cuci darah ini pun menuai respon dari politikus muda PSI, Tsamara Amany Alatas. Ia menilai, pernyataan Prabowo kali ini sudah keterlaluan. Bahkan Tsamara heran, tokoh sekelas Prabowo berani berbicara fakta tanpa menggunakan data-data yang akurat.

“Politik ketakutan dan politik kebohongan Pak Prabowo sudah keterlaluan. Beliau berbicara ke publik atas dasar “saya dengar” dan seenaknya menuduh RSCM,” ujar Tsamara, dalam akun Twitternya, Kamis (3/1/2019).

“Tokoh yang tak berbicara berbasis data dan berani menyatakan apapun demi kursi presiden,” tukasnya.

 

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER