MONITOR, Mataram – Pakar Ekonomi Kelautan dan Guru Besar Fakultas Perikanan IPB, Prof. Rokhmin Dahuri memaparkan strategi terobosan pembangunan Kawasan Teluk Saleh, Pulau Moyo dan Tambora atau SAMOTA di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui pendekatan Circular Economy dan Industry 4.0.
“Aplikasi Circular Economy dan Teknologi Berbasis Industri 4.0 diyakini mampu menjadikan kawasan SAMOTA sebagai pusat daya saing, pertumbuhan ekonomi yang inklusif (berkualitas), dan kemakmuran baru bagi Provinsi NTB pada khususnya, dan NKRI pada umumnya secara adil dan berkelanjutan (sustainable),” katanya saat menjadi keynote speech “Strategi Terobosan Pembangunan Berkelanjutan dan Berkatahanan Perubahan Iklim” pada Rapat Koordinasi Percepatan Pembangunan Kawasan SAMOTA (teluk Saleh pulau Moyo dan Tambora), Provinsi NTB di Hotel Lombok Raya, Mataram yang diselenggarakan oleh Bappeda Provinsi NTB, Kamis (22/11/2018).
Circular Economy sendiri menurut Duta Besar Kehormatan Jeju Island Korea Selatan itu adalah konsep inovatif dan revolusioner yang menentang proses manufaktur dan konsumsi tradisional. Keberhasilan penerapan konsep circular economy dapat membantu pembuatan produk dan layanan menggunakan inovasi yang membantu memaksimalkan efisiensi penggunaan sumber daya. Circular Economy memperpanjang masa pakai produk, penggunaan kembali dan daur ulang untuk mengubah limbah menjadi produk dan kekayaan yang bermanfaat.
“Ini adalah sistem ekonomi yang tidak menghasilkan limbah dan tanpa emisi; namun menghasilkan lebih banyak barang dan jasa, menciptakan lebih banyak kesempatan kerja, menyumbang modal sosial, dan tidak memerlukan biaya yang lebih tinggi. Paradigma ekonomi melingkar akan membangun ekonomi rendah karbon, hemat sumber daya, dan kompetitif di abad ke-21,” terang Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu.
Rokhmin Dahuri membeberkan saat ini pembangunan kawasan SAMOTA dihadapkan pada berbagai isu dan tantangan diantaranya Konektivitas dan Aksesibilitas yang tidak merata, Infrastruktur wilayah masih buruk, Pelayanan dasar yang tidak merata, Masih maraknya praktik ilegal khususnya IUU Fishing, Terbatasnya SDM unggul, Pemanfaatan SDA lokal belum optimal, Sektor industri dan jasapada umumnya tradisionaldan kurang produktif, Anggaran pembangunan terbatas, Suku bunga masih tinggi dan persyaratan susah (sulit), Regional leakages, Global Climate Change dan Bencana Alam lainnya, dan Kebijakan politik-ekonomikurang kondusif.
Atas dasar berbagai permasalahan diatas, Rokhmin Dahuri merekomendasikan berbagai Kebijakan dan Pembangunan Kawasan SAMOTA yaitu :
Adapun untuk program pembangunan prioritas Kawasan SOMATA berdasarkan potensi yang dimilki, Rokhmin Dahuri yang juga Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia itu menekankan pada lima potensi meliputi Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya, Industri Pengolahan Hasil Perikanan, Industri Bioteknologi Kelautan, dan Pariwista Bahari.
“Dengan mengimplementasikan StrategiPercepatan Pengembangan Investasi BerbasisKelautan seperti diatas, Insha Allah pada 2025 Kawasan SAMOTA menjadi Kawasanyang maju, sejahtera, berdaya saing, dan mandiri serta pada 2030 Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia,” pungkasnya.
MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi II DPR RI Zulfikar Arse Sadikin menanggapi adanya usulan…
MONITOR, Jakarta - Menag Nasaruddin Umar hari ini, Minggu (24/11/2024), menggelar Rapat Koordinasi di Kantor…
MONITOR, Jakarta - Berikut jadwal sepakbola malam ini menyajikan laga menarik antara Ipswich Town bertemu…
MONITOR, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus menjalin sinergi lintas sektor guna meningkatkan efektivitas…
MONITOR, Jakarta - Pertamina Eco RunFest 2024 yang berlangsung di Istora Senayan Jakarta pada Minggu…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) memberi penghargaan kepada lima qari, qariah, dan hafiz yang…