Jumat, 19 April, 2024

Di Seminar Energi dan Pangan, BKP Kementan Beberkan Capaian Ketahanan Pangan Nasional

MONITOR, Bandung – Pangan merupakan prioritas utama bangsa dan menjadi urusan wajib, bukan urusan pilihan. Dalam mewujudkannya pemerintah menekankan pada sistem ketahanan pangan yang terintegrasi dari 3 subsistem,yaitu Ketersediaan, Keyerjangkauan, dan Pemanfaatan Pangan.

Demikian dijelaskan Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Benny Rachman pada Seminar Sustainable Development Goals “Energi dan Pangan yang di Aula Barat ITB, Bandung, Jum’at (16/11).

Seminar diselenggarakan Keluarga Mahasiswa Islam (Kamil) Pascasarjana ITB brtujuan untuk mengetahui strategi kebijakan pemerintah dalam pembangunan pertanian dan peningkatan daya saing pertanian di Indonesia.

“Dalam upaya pencapaian ketahanan pangan, banyak kendala yang dihadapi oleh bangsa ini baik lingkup global dan nasional. Di lingkup global misalnya, negara-negara dunia konsentrasi pada pencapaian tujuan pembangunan Sustainable Development Goals,” ujar Benny yang mewakili Kepala Badan Ketahanan Pangan.

- Advertisement -

Menurutnya, dalam upaya pencapaian SDGs, Kementan berkomitmen dalam pencapaian 3 target utama, yaitu _No Poverty, Zero Hunger,dan Responsible Consumption and Production_.

“Di lingkup nasional, ada 9 tantangan yang bisa kelompokkan menjadi 3 warna. warna merah berarti prioritas pertama meliputi infrastruktur, subsidi, dan sumberdaya petani. Warna hijau merupakan prioritas kedua meliputi konversi lahan, koordinasi lintas sektor, dan pembiayaan petani, dan warna kuning merupakan prioritas lanjutan yaitu kelembagaan petani, iklim,dan kualitas panen,” ujar Benny.

Tidak hanya sebatas itu saja, lanjut Benny, tantangan pencapaian ketahanan pangan juga dapat dilihat dari peta kerentanan dan ketahanan pangan atau yang lebih dikenal dengan nama _Food Security and Vulnerability Atlas/FSVA_.

“Kalau kita lihat bersama, sebagian besar tantangan ketahanan pangan kita berapa pada wilayah timur seperti Papua, Nusa Tenggara dan wilayah Maluku yang berwarna merah atau kuning kemerahan. ini merupakan prioritas kita bersama dalam intervensi program,” lanjut Benny.

Disisi konsumsi, Bangsa ini juga masih memiliki PR tentang kualitas pangan. Situasi konsumsi pangan berdasarkan data BPS 2014-2017 menunjukkan bahwa konsumsi beras minyak dan gula berlebih, sedangkan pangan hewani,kacang, sayur dan buah masih perlu ditingkatkan.

“Coba kita lihat snack ini (sambil membuka snack dari panitia), isi dari kardus ini sebagian besar masih roti-gandum. artinya apa? isi perut kita masih seputar ini, perlu diubah pola makan menjadi pangan yang beranekaragam,” tegas Benny.

Dalam upaya pencapaian ketahanan pangan, berbagai upaya terobosan telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian, diantaranya: peningkatan alat mesin pertanian >2000%, rehabilitasi irigasi meningkat 500%, lahan untuk benih unggul meningkat > 562%, dan cetak sawah naik 588%. Implementasi program terobosan telah dilakukan juga seperti asuransi petani, pembuatan embung, peningkatan ekspor dan pengendalian impor, penguatan distribusi pangan melalui TTI hingga program Siwab.

Benny juga mengungkapkan, upaya pembangunan pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani dilakukan melalui peningkatan nilai tambah komoditas yang berdaya saing.

“Kita ingin daya saing komoditas pertanian meningkat sehingga ekspor naik dan substitusi impor produk pertanian meningkat,” jelas Benny.

Berbagai program dan fokus kegiatan terus diupayakan oleh Kementerian Pertanian, bahkan sejak tahun 2018 Kementan melalui Kepmentan 472/2018 telah memetakan lokasi kawasan pertanian yang tersebar di seluruh Indonesia dari provinsi hingga kabupaten/kota.

“Jadi komoditasnya sudah kita petakan, teknologi pra panen, saat panen, dan paska panen sudah kita berikan. jika semua berjalan dengan baik maka kita yakin pembangunan pertanian akan berjaya,” lanjut Benny.

Berbagai upaya terobosan dan program yang telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian telah membuahkan hasil yang positif selama 4 tahun terakhir.

“Total ekspor pertanian selama tahun 2013-2017 sebesar Rp. 1.875 trilyun atau meningkat 24%. investasi pertanian juga sebesar 14,2% per tahun sejak 2013 hingga 2017. Bukan hanya itu saja, inflasi bahan makanan turub 88,9% sejak 2013, daya beli petani menguat 5,39% dibanding 2014, dan yang paling penting adalah jumlah penduduk miskin tahun ini dibandingkan tahun 2013 menurun 10,88% dari 17,74 juta jiwa menjadi 15,81 juta jiwa,” tegas Benny.

Dalam Seminar tersebut, Benny juga mengajak seluruh narasumber, akademisi, dan civitas akademika ITB dan delegasi dari universitas di Indonesia untuk bersama-sama meningkatkan pembangunan ketahanan pangan dan daya saing pertanian baik lingkup global dan nasional.

“Dengan potensi dan sumberdaya yang dimiliki, saya yakin kita mampu mewujudkan cita-cita ini dan mimpi Indonesia menjadi lumbung pangan dunia tahun 2045 dapat terwujud” pungkas Benny.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER