SUMATERA

Beroperasi, Pasar Lelang Hortikultura di OKI Diharap Sejahterakan Petani

MONITOR, Ogan Komering Ilir – Petani Hortikultura, Desa Muara Burnai I, Kecamatan Lempuing Jaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, merasa bersyukur dan sangat beruntung dengan dibangunnya Pasar Lelang Hortikultura, khususnya komoditas Cabai yang beroperasi sejak bulan Oktober tahun 2016.

Berawal dari pasar kaget yang mengambil tempat di depan pekarangan rumah warga, namun sejak bulan Oktober 2017 sudah berdiri bangunan khusus pasar lelang hortikultura. Pembangunan pasar lelang hortikultura khususnya komoditas cabai yang mayoritas menjadi tanaman petani di daerah ini, atas inisiasi Bank Indonesia Sumatera Selatan.

BI memberi bantuan berupa alat mesin pertanian, pengadaan studi banding ke Kulonprogo berikut pendampingan dan konsultasi kepada para petani di desa.

Daerah sentra cabai di Kabupaten Ogan Komering Ilir ini terdapat di Kecamatan Lempuing, Lempuing Jaya, Pedamaran, Kayu Agung dan Jejawi. Panen di Desa Muara Burnai ini dilaksanakan empat kali seminggu sehingga transaksi bisa dilaksanakan setiap selasa, rabu, jumat dan sabtu.

Aktivitas dimulai sejak cabai datang lalu ditimbang oleh petugas. Batas akhir waktu kedatangan pukul 15.00 WIB lalu dicatat berdasarkan nama petani yang menyetor. Ada ketentuan pengurangan jumlah berat cabai karena penyusutan panen pagi hari hingga pengiriman sore. Ketentuannya, untuk berat cabai 30 kg dipotong 0,5 kg, 60 kg dipotong 1 kg, diatas 60 kg dipotong 1,5 kg.

Untuk penentuan harga, petugas pasar lelang setiap harinya mencari informasi harga cabai yang berlaku di pasar Jakabaring, Padang, Jambi dan Jakarta. Harga bersih tertinggilah yang akan dimenangkan dan sekaligus diberlakukan. Sebagai contoh, jika ada penawaran dari Jambi seharga Rp 18.000 dan penawaran Rp 15.000 dari kota Palembang, keuntungan bersih didapat petani akan lebih tinggi pada harga penawaran Rp 15.000 dari kota Palembang karena biaya kirim lebih sedikit dibanding dengan pengiriman ke Jambi.

Penyortiran tidak dilakukan karena petani sudah memahami ketentuan membawa cabai dengan kondisi terbaik. Kalaupun ditemukan karung yang basah, maka karung tersebut akan dibongkar untuk dipisahkan dari cabai yang busuk. Pasar lelang dibantu tenaga kerja tambahan yaitu ibu-ibu penyortir. Hasil sortir cabai yang masih layak biasanya diberikan kepada pedagang bakso. Pengiriman cabai ke pihak pedagang dilakukan pada pukul 17.00 WIB.

Kehadiran pasar lelang memberikan banyak manfaat yang dirasakan oleh para petani. Seperti yang diutarakan oleh Suyono (50) ketua pengurus pasar lelang Desa Muara Burnai I. Pendapatan total pada tahun 2017 sebesar 42,559 ton senilai Rp 749.491.500. Pada tahun 2018 meningkat hampir 100% yaitu menjadi 82,614 ton senilai Rp 1.353.069.500.

“Kami berharap dengan adanya pasar lelang ini memberikan dampak baik bagi pendapatan petani sehingga akan terus meningkat. Kami juga mengharapkan dukungan, bimbingan, motivasi dari semua pihak”, ucap Suyono.

Pemasaran cabai telah menembus pedagang di Padang, Jambi dan Jakarta. Pengiriman ke Jakarta dilakukan sebanyak lima kali menggunakan ekspedisi yang sebelumnya telah mengirimkan cabai ke Jambi, lalu saat kembali ke Jakarta membawa cabai dari pasar lelang ini.

Pembayaran saat transaksi di pasar lelang ini terdapat potongan bagi petani sebesar Rp 500 untuk kas. Saat ini kas pasar lelang mencapai Rp 40 juta rupiah. Kas dipakai sebagai simpanan petani dan digunakan saat pembelian bibit untuk masa tanam berikutnya. Selain itu digunakan untuk dana sosial bagi anak yatim dan apresiasi bagi petani dengan produktivitas tertinggi. Hal ini dilakukan untuk memotivasi petani lainnya.

Apresiasi ini pernah diberikan pada Iwan dan Dwi pada 7 Oktober lalu karena mampu menghasilkan 1,6 ton cabai dengan lahan 1/8 Ha atau setara dengan 12 – 13 ton per hektare.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Syarifudin merasa bangga atas capaian tersebut sekaligus bangga dengan keberadaan pasar lelang.

“Saya merasa bangga atas capaian tersebut. Petani OKI bisa menghasilkan cabai dengan produktivitas yang cukup tinggi, tidak kalah dengan daerah sentra di Jawa. Saya juga merasa senang petani di Kecamatan Lempuing Jaya sudah dapat menyelenggarakan pasar lelang. Ini sangat membantu petani dalam posisi tawar mendapatkan harga yang tertinggi,” tutur Syarifuddin.

Slamet, Kepala UPTD Kecamatan Lempuing Jaya mengatakan, “Komoditi unggulan di daerah OKI ini adalah padi dan cabai. Walaupun harga cabai selalu berfluktuatif tetapi petani disini konsisten menanam cabai. Saya berharap semua petani bisa tetap kontinyu dalam produksi cabai di daerah OKI ini”.

Recent Posts

Khawatir Status UNESCO Dicabut, DPR Minta Izin Resort di Kawasan TNK Dikaji Ulang

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty meminta Kementerian Kehutanan (Kemenhut)…

49 menit yang lalu

Kemenperin Pacu IKM Kosmetik dan Obat Tradisional Naik Kelas

MONITOR, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berkomitmen mendorong pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di…

2 jam yang lalu

Menteri Maman: Kolaborasi Strategis Pemerintah dan APINDO Jadi Kunci Kebangkitan UMKM

MONITOR, Bandung - Menteri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mengatakan kolaborasi strategis…

3 jam yang lalu

DPR Dorong Polisi Lanjutkan Penyelidikan Kasus Kematian Diplomat Muda

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI, Gilang Dhielafararez turut prihatin atas polemik yang…

3 jam yang lalu

Burger Diminta Jadi Menu MBG, DPR: Jangan Biarkan Makanan Bergizi Kalah oleh Makanan Bergengsi

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher menanggapi permintaan seorang siswa…

4 jam yang lalu

Indonesia-Arab Saudi Berkomitmen Siapkan Layanan Terbaik Haji 2026

MONITOR, Jakarta - Kepala Badan Penyelenggara Haji (BP Haji) RI Mochamad Irfan Yusuf mengatakan penyelenggaraan…

5 jam yang lalu