Jumat, 29 Maret, 2024

Diplomasi Nasi Liwet ala Muhammadiyah-NU

MONITOR, Jakarta – Suasana akrab menyelimuti pertemuan dua petinggi ormas besar Islam tadi malam, Rabu (31/10). Pimpinan Pusat Muhammadiyah menerima hangat kunjungan balasan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Sebagaimana diketahui, pengurus Muhammadiyah sebelumnya melakukan silaturrahim ke gedung PBNU pada Mei 2018 lalu.

Kegembiraan pun dirasakan para jajaran elit Muhammadiyah dan NU. Pukul 19.30 WIB, mereka bersantap malam bersama menikmati hidangan yang disuguhkan. Ada dua jenis, pertama, nasi liwet solo, yag kedua masakan Arab.

“Tadi kita sengaja menghidangkan hidangan makan malam dua jenis, satu liwet Solo, yang satu Arab tapi Arabnya yang sudah di nusantarakan. Tapi memang penggemarnya banyak yang nasi liwet yaitu nasi makanan nusantara tapi nusantara berkemajuan,” cerita Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir, usai gelaran acara tadi malam di Gedung Dakwah Muhammadiyah jalan Menteng 62 Jakarta Pusat.

Pimpinan kedua ormas ini pun larut dalam obrolan santai menyoal kondisi Indonesia belakangan, terutama soal konstelasi politik hari ini. Haedar mengatakan, baik Muhammadiyah dan NU ingin membangun kerjasama yang lebih aktif guna merekatkan bingkai kebersamaan dalam kemajuan bangsa.

- Advertisement -

Lebih jauh, Haedar menyampaikan kedua ormas akan fokus memajukan sektor pendidikan. Jika NU bergerak di lembaga pesantren, maka Muhammadiyah akan menguatkan di sektor pendidikan umum, begitupun sebaliknya.

“Kita kan masing-masing punya usaha spesifik, NU kuat di pondok pesantren dan Muhammadiyah kuat di pendidikan umum disamping kesehatan. Sekarang sama-sama juga bergerak, Muhammadiyah juga mendirikan pondok-pondok pesantren, NU juga mengembangkan pendidikan termasuk juga pendidikan tinggi,” terangnya lagi.

PP Muhammadiyah dan PBNU sepakat mengawal NKRI

Sementara itu, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj pun memuji penghormatan yang diberikan Muhammadiyah atas kunjungannya. Ia tak menyangka, pertemuan tersebut dibingkai secara harmonis dan saling mengedepankan rasa persaudaraan.

Said Aqil mengatakan, NU dan Muhammadiya harus saling kompak mengawal ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwab insaniyah di Indonesia. Sejauh ini, kata dia, kondisi Indonesia jauh lebih lebih dibandingkan negara-negara di Timur Tengah sekalipun.

“Nah keadaan yang masih seperti ini memang sangat baik dan lebih bisa kita banggakan daripada yang di Timur Tengah, mari kita jaga. NU dan Muhammadiyah berkewajiban walaupun tidak diperintah oleh siapapun terpanggil berkewajiban mengawal ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, ukhuwah insaniyah. Mari kita jaga itu semuanya, karena jika tidak, maka ancaman disintegrasi ancaman perang saudara itu ada,” ucap Said Aqil.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER