Senin, 25 November, 2024

Herri Zulkarnain Tegaskan Pentingnya Membangun Budaya Literasi untuk Menangkal Hoaks

MONITOR, Medan – Maraknya berita hoaks yang tersebar di media sosial menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat saat ini. Jika tidak bisa menyaringnya dengan baik bisa berakibat fatal untuk situasi dan kondisi masyarakat. Maka tidak heran, gara-gara berita hoaks seringkali tidak hanya menimbulkan keresahan tetapi juga sampai pada tahap kekerasan.

Karena itu, Calon Anggota DPR RI Dapil Sumatra Utara (Sumut) 1 dari Partai Demokrat, Herri Zulkarnain mendorong masyarakat di Sumut untuk mulai membangun budaya literasi. Menurutnya, hanya dengan cara itu, seseorang bisa menyaring berita maupun informasi yang berkembang di media sosial, agar tidak termakan oleh berita yang belum tentu kebenarannya.

“Orang bisa termakan hoaks karena tidak mau membaca dan mencari kabar yang sebenarnya. Mereka langsung percaya apa yang didengarnya. Kebiasaan seperti ini harus kita hentikan. Budayakan membaca dan menyaring informasi setiap yang kita dapat baik dari orang ataupun dari media sosial,” ujar Herri Zulkarnain kepada sejumlah warga dalam kunjungannya ke Deli Serdang, Minggu (21/10/2018).

Menurutnya, masyarakat Indonesia saat ini darurat malas membaca. Hal itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Central Connecticut State University di New Britain, Conn, Amerika Serikat dalam bidang literasi yang menempatkan Indonesia pada posisi 60 dari 61 negara. Indonesia hanya setingkat lebih tinggi dari Bostwana, sebuah Negara miskin di Afrika.

- Advertisement -

Hasil penelitian itu, menurut Herri Zulkarnain menunjukkan betapa lemahnya budaya literasi dalam masyarakat Indonesia. Lebih parahnya lagi, karena bukan hanya kalangan awam saja yang malas membaca, lingkungan terpelajar yang notabene dunia pendidikan pun masih jauh dari apa yang disebut budaya literasi.

“Saya sangat prihatin ketika membaca hasil penelitian yang menjukkan minat baca dalam masyarakat kita sangat rendah. Saya percaya hasil penelitian itu, karena memang pada faktanya demikian. Jarang sekali ketika saya berkunjung ke kampus-kampus, melihat mahasiswa saat ini ramai-ramai membaca di taman, yang ada mereka membicarakan harga sepatu dan lain sebagainya,” tuturnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER