Sabtu, 20 April, 2024

Pantaskah Sandiaga Disebut Ulama?

MONITOR – “Menurut saya, Pak Sandi itu ya ulama,” kalimat itu terlontar dari politikus senior PKS, Hidayat Nur Wahid. Sontak saja, pernyataan itu menjadi polemik saat ini. Selain karena dinilai sangat politis dalam konteks pilpres 2019 dimana Sandiaga Uno (Sandi) merupakan calon Wakil presiden Prabowo Subianto, pelabelan gelar “ulama” juga menjadi pemantiknya. Menjadi atau mendapat gelar ulama tentu bukan perkara sembarangan terlebih bagi kultur Masyarakat Indonesia.

Hidayat Nur Wahid sendiri berdalih jika penilaian Sandi itu ulama setidaknya berdasar pada dua dalil Al-qur’an yakni surat Al Fathir dan satu dalam surat Asy-Syuara yang menurutnya memperjelas definisi ulama sebagai orang yang mengusai bidang ilmu tertentu. “Tentang ulama itu hanya ada dua penyebutan, satu dalam surat Al Fathir dan satu dalam surat Asy-Syuara. Kedua-duanya justru ulama itu tidak terkait dengan keahlian ilmu agama Islam. Satu tentang ilmu sejarah yaitu dalam surat As Syu’ara, dan surat Al Fathir itu justru science, scientist,” terang Mantan Ketua MPR RI itu superti dikutip dari CNNIndonesia.com, Senin (17/9).

Dalam Surat Al-Fathir yang dimaksud Hidayat Nur Wahid, istilah ulama tercantum pada ayat ke-28 yang artinya “Dan demikian (pula) diantara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun”.

Dari ayat diatas dapat dimaknai jika ulama adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang ilmu pengetahuan kealaman (sains) atau ilmu kauniyah. Hal tersebut dapat ditangkap dari penjelasan ayat-ayat sebelumnya yang menjelaskan tentang beberapa fenomena kealaman.

- Advertisement -

Sedangkan dalam Surat Asy-Syu`ara’ terdapat dua ayat yang saling berkaitan untuk menyebut istilah ulama yaitu ayat 196 yang artinya: “Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar (tersebut) dalam Kitab-kitab orang yang dahulu.” Dan ayat 197 yang artinya “Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?”

Kedua ayat tersebut diketahui merupakan penjelasan bahwa Kitab Al-Qur’an telah disebutkan pada kitab terdahulu yang diturunkan sebelum Al-Qur’an. Dan Ulama bani Israil mengetahuinya.

Ada makna penting dari kedua ayat dalam Al-qur’an diatas. Pertama, dalam Surat Fathir ayat yang berbicara tentang ulama ini didahului dengan perintah Allah untuk memperhatikan berbagai fenomena alam semesta yang sejatinya menunjukan kepada umat manusia sebagai bagian dari kekuasaan Allah, sehingga istilah ulama adalah orang yang mengerti dan memahami jika fenomena alam itu merupakan bagian dari tanta-tanda kekuasaan Allah dan mengimplementasikan pemahaman itu dalam sikap takwa (melaksanakan setiap perintah dan menjauhi segala laranganNya) kepada Allah SWT.

Dikutip dari kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Karim, istilah ulama dalam ayat ini adalah orang yang lebih mengenal Allah, maka akan bertambah rasa takutnya, di mana hal itu akan membuatnya menahan diri dari maksiat dan mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Zat yang dia takuti. Ayat ini menunjukkan keutamaan ilmu, karena ilmu menambah seseorang takut kepada Allah, dan orang-orang yang takut kepada Allah itulah orang-orang yang mendapatkan keistimewaan dari-Nya.

Sedangkan untuk makna dari Surat Asy-Syu’ara, dapat dimaknai jika ulama adalah orang-orang yang menyakini akan kebenaran Al-Qur’an sebagaimana yang termaktub dan diakui oleh kitab-kitab terdahulu sebelum Al-Qur’an itu diturunkan.

Pertanyaannya, sudah tepatkan istilah ‘Ulama’ disematkan kepada Sandiaga? Jika merunut pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ulama adalah orang yang ahli dalam hal atau dalam pengetahuan agama Islam. Kata ulama berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari kata ‘aalim‘Aalim adalah isim fa’il dari kata dasar:’ilmu. Jadi ‘aalimadalah orang yang berilmu dan ‘ulama adalah orang-orang yang punya ilmu.

Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah memberikan pengertian lebih gamblang tentang ulama sebagai “Orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang ayat-ayat Allah, baik yang bersifat kauniyah maupun Quraniyah, dan mengantarnya kepada pengetahuan tentang kebenaran Allah, takwa, dan khasysyah (takut) kepada-Nya”. 

Istilah Kauniyah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang diciptakan oleh Allah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya yang ada di alam raya sebagai bagian dari kekuasaan dan Allah SWT. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Nuh ayat 53 yang artinya ”Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”

Istilah Qur’aniyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an yang meliputi berbagai hal dan aspek kehidupan umat manusia baik duniawi maupun akhirat.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER