BISNIS

Kebutuhan Cabai Mei-Juni di Jabodetabek Mampu Dipasok dari Garut

MONITOR, Garut – Ramadhan adalah bulan di mana kebutuhan masyarakat akan berbagai tanaman hortikultura, termasuk cabai meningkat pesat. Karenanya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menekankan pentingnya menjaga ketersediaan pasokan aneka cabai, serta menjaga stabilitas harga di pasar.

Untuk itu, tim upaya khusus Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian dengan sigap menindaklanjuti arahan Menteri. Tepat pada hari ke-3 Ramadhan, Dirjen Hortikultura didampingi Kepala Dinas Pertanian Garut, Beni Yoga Gunasantika langsung turun ke salah satu sentra cabai nasional, yakni Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu, (19/5/2018).

Kali ini, rombongan Dirjen menapakkan kaki ke Desa Cisarua, Kecamatan Samarang. Kecamatan ini merupakan salah satu titik penghasil aneka cabai di Garut.

Dirjen Hortikultura Suwandi mengungkapkan kebutuhan aneka cabai selama Mei hingga Juni 2018 ini di Jabodetabek mampu dipasok dari Garut. Ini terlihat dari dua lokasi saja, yakni Banyuresmi dan Sampireng, luas panen aneka cabai bisa mencapai 500 Ha. Jika rata-rata produksi 10 ton per hektar saja, maka luasan tersebut mampu menyumbang 5.000 ton cabai selama bulan Mei dan Juni.

“Dari kunjungan ini kita bisa melihat bahwa persediaan cabai sangat aman, baik cabai keriting maupun cabai rawit merah. Ini tentunya bisa menjamin ketersediaan dan pasokan untuk Jabodetabek,” ungkap Suwandi.

Kepala Dinas Pertanian Garut, Beni Yoga Gunasantika menambahkan produksi cabai rawit bulan Mei dan Juni adalah sebesar 2.607 ton dan 2.502 ton. Sementara untuk cabai besar masing masing 8.319 ton untuk Mei, serta 9.095 ton untuk Juni.

“Dengan kondisi seperti Ini, optimistis Garut bisa menjadi penyangga minimal 30 hingga 40 persen dari total kebutuhan Jabodetabek,” tegas Beni.

Seorang petani cabai, Ujang, yang memiiliki lahan terbilang luas saat ini menanam cabai seluas 2 hektar dengan beberapa jenis cabai, termasuk cabai lokal yang dinamai penduduk setempat sebagai Cabai Inul. Cabai Inul ini memiliki bentuk cenderung bulat pendek, meski lebih besar dan panjang dibandingkan cabai rawit biasa. Besarnya kira-kira seukuran jempol orang dewasa.

“Ini disebut Cabai Inul karena pedasnya menggigit seperti Inul penyanyi. Selain itu, cabai ini tahan sampai seminggu di dalam suhu ruangan, meski tanpa disimpan di lemari es. Rasa dan teksturnya tetap sama seperti baru habis dipetik. Di pasaran, harga Cabai Inul juga menggigit. Rata-rata lebih mahal Rp 2 ribu per kilogram dibandingkan cabai lainnya,” terang Ujang.

Seperti umumnya petani cabai di Garut, Ujang melakukan sistem tanam tumpangsari di lahannya. Ia kerap memadukan cabai dengan tanaman horti lainnya, seperi kacang tanah, kacang panjang, tomat, kubis dan terong.

Recent Posts

Kementerian PU Bangun Saluran Irigasi Semantok Kiri

MONITOR, Nganjuk - Setelah mengunjungi Daerah Irigasi Siman di pagi hari, Menteri Pekerjaan Umum (PU)…

4 jam yang lalu

Timnas Futsal Putri Raih Posisi Ketiga di Ajang Bergengsi Kawasan Asia Tenggara

MONITOR, Jakarta - Timnas Futsal Putri Indonesia berhasil meraih kemenangan gemilang atas Myanmar dengan skor…

4 jam yang lalu

Kemendes Pastikan Info Rekrutmen PLD 2024-2025 di Medsos Hoaks

MONITOR, Jakarta - Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal memastikan berita dibukanya lowongan kerja Pendamping…

5 jam yang lalu

Adies Kadir Sebut Pimpinan KPK Terpilih Berdasarkan Pengalaman Penegakan Hukum

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir menyambut terpilihnya calon pimpinan KPK dan…

5 jam yang lalu

Kesamaan Pesan Puan dan Prabowo di Forum G20 Jadi Orkestrasi Komitmen RI Perangi Kelaparan

MONITOR, Jakarta - Isu kemiskinan dan kelaparan menjadi isu yang sama-sama diserukan oleh Ketua DPR…

5 jam yang lalu

Komisi VII DPR Soroti Digitalisasi Hingga Harga Transportasi ke Tempat Wisata

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo meminta Pemerintah untuk…

6 jam yang lalu