MONITOR, Malang – Organisasi Cipayung Malang yang terdiri dari aliansi PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Khatolik Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Mahasiswa Indonesia) dan HIKMAHBUDI (Himpunan Mahasiswa Budhhis Indonesia) mengadakan rapat konsolidasi di Sekretariat Pengurus Cabang PMII Kota Malang dengan bahasan yang bersifat insidentil yakni merebaknya gerakan terorisme ditandai ledakan bom yang terjadi di beberapa titik di Jawa Timur, Surabaya dan Sidoarjo.
Diadakannya konsolidasi Cipayung tidak lepas dari tragedi berantai ledakan bom yang terjadi di Surabaya (Gereja Santa Maria, GKI Diponegoro, dan Gereja Pantekosta) dengan korban tewas 13 orang dan 40 luka-luka.
Sementara di Sidoarjo, hal serupa terjadi di Rusunawa Wonocolo dengan jumlah korban 5 orang. Malang dikhawatirkan mengalami hal yang sama mengingat rerantai peristiwa bergerak ke arah selatan, Surabaya ke Sidoarjo.
Selain itu, Malang juga terduga menjadi basis pengorganisiran teroris. Hal itu didasarkan pada peristiwa terjadinya penangkapan teroris tahun 2016 di Karangploso dan perkembangan perlbagai paham Islam Ektremis yang tersebar di sejumlah Universitas.
Cipayung memberikan statemen bahwa tragedi teror yang dilakukan oleh sekelompok teroris melanggar nilai-nilai kemanusiaan dan tidak selaras dengan prinsip berbangsa. Terlebih hal itu menimbulkan korban sebagai dampaknya.
Dalam konsolidanya, Cipayung menghasilkan kesepaktan untuk menyelenggarakan aksi kemanusiaan yang akan dilakukan pada Senin (14/5) sore di depan Gereja jalan Ijen Malang.
Aksi kemanusiaan tersebut pula mendapatkan dukungan dari sejumlah organisasi kemasyarakatan dan komunitas perdamaian di antaranya: Forum Rembug Tjangkir 13, Gusdurian Malang, dan Arah Juang, Peace Leader Indonesia, LESBUMI NU Malang, dan Duta Damai Jawa Timur.