EKONOMI

Rekayasa Pembicaraan Rini-Sofyan Dikhawatirkan Perburuk Iklim Investasi Indonesia

MONITOR, Jakarta – Belakangan rekaman pembicaraan telepon yang diduga dilakukan Menteri BUMN Rini Soemarno dengan Direktur Utama PLN Sofian Bashir viral di tengah masyarkat. Hebohnya lagi, rekaman pembicaraan yang diduga diedit tersebut mengesankan adanya bagi-bagi fee dan menyebut kakak kandung Rini, Ari Soemarno.

Menanggapi hal itu, Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengatakan, dirinya meragukan kebenaran pembicaraan tersebut, pasalnya, track record keduanya dinilai profesional dan tidak pernah terindikasi tindak pidana suap menyuap.

“Sangat diragukan bahwa antara Rini dan Sofian terlibat bagi-bagi fee proyek, alasanyya, berdasarkan track record keduanya sangat profesional dan tidak pernah terindikasi tindak pidana suap-menyuap. Sebagai profesional, keduanya juga sangat memegang teguh prinsip-prinsip good governance,” kata Fahmy dalam keterangan tertulis, Senin (1/5).

Rini, kata Fahmy, sebelumnya profesional handal, yang menyelamatkan Astra International dari kebangkrutan. Sedangkan Sofian Bashir, bankir bertangan dingin, yang ikut membesarkan Bank Bukopin dan Bank BRI. Maka, tandas dia, dengan track record semacam itu, mustahil keduanya melakukan suap fee proyek.

“Rekaman itu sengaja direkayasa seolah bagi-bagi fee, padahal yang benar adalah tawar menawar prosentase saham PT BSM untuk PLN dan Pertamina sebagai risk taker, pembeli gas dihasilkan PT BSM,” tutur Manta Anggota Tim Anti Mafia Migas itu.

Fahmy menduga, bahwa rekaman itu hasil rekayasa dengan tujuan menyerang pembantu presiden untuk menjatuhkan Jokowi shg ada justifikasi Jokowi diganti pada 2019.

Selain dampak politik itu, rekayasa rekaman itu berpotensi memperpuruk iklim investasi di indonesia. Invenstor akan mengurungkan niatnya untuk berinvestasi di Indonesia lantaran praktek pembagian fee masih marak di Indonesia. Kaburnya para Investor itu tidak hanya akan menghambat Pertumbuhan Ekonomi, tetapi juga Pembukaan Lapangan Pekerjaan di Indonesia.

“Oleh karena itu, siapa pun perekayasa dan apa pun tujuannya, harus berfikir ulang kalau rekayasa rekaman itu berpotensi mencederai pembangunan ekonomi, utamanya memperpuruk iklim investasi di Indonesia. Jangan sampai rekayasa yang bertujuan menjatuhkan Presiden, sekaligus memporak-porandakan perekonomian Indonesia. Ujung-ujungnya akan mencederai kesejahteraan rakyat Indonesia,” pungkasnya.

Seperti diketahui, sebelumnya Sekretaris Jenderal Kementerian BUMN, rekaman yang viral tersebut telah direkayasa, sehingga mengesankan adanya bagi-bagi fee proyek. Padahal, pembicaraan itu merupakan laporan Sofyan Bashir kepada atasannya Rini Soemarno terkait progres perundingan pembagian saham Proyek LNG Receiving Terminal di Serang Banten, yang diinisiasi PT Bumi Sarana Migas (BSM).

Recent Posts

Industri Manufaktur Lanjut Ekspansif, Optimisme Pelaku Usaha Meningkat

MONITOR, Jakarta - Industri manufaktur nasional terus menunjukkan ketahanannya di tengah dinamika ekonomi global maupun…

1 jam yang lalu

Curi Perhatian, Mahasiswa UIN Jakarta Pamerkan Robot Pengumpul Sampah di AICIS+ 2025

MONITOR, Depok - Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Syarif…

3 jam yang lalu

Antisipasi Korban Online Scam Seperti WNI di Kamboja, Puan Dorong Sistem Early Warning

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan keprihatinan mendalam atas kasus 110 warga…

4 jam yang lalu

BWI Ungkap Aset Wakaf Capai 2.000 Triliun, Sebagian Belum Produktif

MONITOR, Jakarta - Forum Jurnalis Wakaf dan Zakat Indonesia (Forjukafi) menggelar seminar Wakaf Preneur yang…

4 jam yang lalu

DPR Buka Peluang Bahas Soal Alih Status PPPK Jadi PNS di RUU ASN

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi II DPR RI, Muhammad Khozin mengungkap perkembangan pembahasan revisi Undang-Undang…

5 jam yang lalu

Laba Inti Meningkat 5,02 Persen, Jasa Marga Konsisten Jaga Kinerja Positif Sepanjang Kuartal III Tahun 2025

MONITOR, Jakarta - Di tengah kondisi ekonomi dan lingkungan bisnis yang cukup menantang, PT Jasa…

8 jam yang lalu