Kamis, 18 April, 2024

Kisah Perjuangan Kiai Nasihin Membangun Ponpes AKN Marzuqi

MONITOR Pati – Pembangunan Yayasan Baitul Hazin di Dukuh Slempung, Dukuhseti, Pati, Jawa Tengah yang membawahi pondok pesantren Thoriqoh Tijaniyah, Ponpes Putra-Putri AKN Marzuqi, SMP Terpadu AKN Marzuqi dan SMK Telkom Terpadu AKN Marzuqi oleh sebagian orang terbilang cukup mengejutkan.

Pasalnya, tempat yang semula hanya kawasan tambak dan semak belukar tersebut berubah menjadi pusat pendidikan terpadu yang sangat megah. Terlebih, Dukuh Slempung yang berada di pesisir utara Laut Jawa tersebut termasuk daerah pinggiran dan pelosok.

Namun, siapa sangka bila pembangunan pusat pendidikan terpadu Yayasan Baitul Hazin itu ternyata buah dari kerja keras KH Ahmad Khoirun Nasihin (AKN) Marzuqi. Pada 1990, beliau pernah mengatakan akan membangun sebuah kompleks pendidikan terpadu.

- Advertisement -

Pengasuh Ponpes Nurul Furqon, Ngemplak, Pati, Jawa Tengah, KH Ahmad Thoha Ismail menuturkan, Kiai Nasihin berencana membuat perguruan pada usia 20 tahun. Kiai Thoha semula sempat tidak percaya dengan apa yang dikatakan Kiai Nasihin.

"Waktu Kiai Nasihin bilang begitu, dalam hati saya bergumam, tambak dan semak belukar begini kok mau dibangun perguruan. Setelah hati saya bergumam demikian, ternyata Kiai Nasihin tahu isi hati saya dan bilang, sudah lah pak ditunggu saja nanti," ungkap Kiai Thoha.

Sepuluh tahun setelah itu, tepatnya tahun 2000, Kiai Nasihin mulai merintis membangun pusat pendidikan terpadu di Dukuh Slempung. Awalnya, beliau merintis dengan mendirikan pondok pesantren, kemudian disusul masjid, SMP dan SMK terpadu.

Ada tiga lokasi yang semula akan dibangun pusat pendidikan terpadu, yaitu Desa Ngemplak dan Desa Gabus di Kabupaten Pati, serta di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Namun, hasil istikharah yang dilakukan Kiai Nasihin menunjukkan, perguruan itu seharusnya dibangun di Dukuh Slempung.

Pada 2004, pusat pendidikan terpadu di bawah Yayasan Baitul Hazin itu mulai dibuka. Siswa yang belajar sebagian besar berasal dari Kecamatan Dukuhseti dan sekitarnya, sedangkan santrinya datang dari berbagai daerah di Indonesia.

Kiai Thoha mengaku takjub dengan apa yang diusahakan Kiai Nasihin. Godaan dan gangguan sempat menerpa selama pembangunan ponpes dan sekolah AKN Marzuqi.

"Ada yang bilang pembangunan itu dari sihir, ada yang bilang macam-macam. Tahunya mereka secara tiba-tiba. Padahal, pembangunan perguruan AKN Marzuqi sudah dicita-citakan sejak 1990, direncanakan secara matang dengan kerja siang dan malam," tutur Kiai Thoha.

Sebagai guru syariat sekaligus murid tarekat, Kiai Thoha menyaksikan sendiri perjuangan Kiai Nasihin sejak usia belasan tahun. Dengan karomah yang dimiliki, Kiai Nasihin mengamalkannya untuk kepentingan masyarakat luas.

Ponpes AKN Marzuqi saat ini memiliki puluhan santri, sedangkan sekolahnya memiliki lebih dari 350 siswa. Para siswa diajarkan ilmu agama sekaligus ilmu pengetahuan umum dengan kualitas lulusannya yang mumpuni di bidangnya. 

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER