MONITOR, Jakarta – Pengamat Politik Islam Muslim Moderate Society Zuhairi Misrawi mengatakan, isu Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) bukanlah isu baru di lingkaran Nahdlatul Ulama (NU).
Zuhairi menyebut bahwa sejak tahun 2000-an, NU sudah memberikan warning atau peringatan terkait HTI.
"Kalau kita lacak, kehadiran HT itu cukup lama, sekitar tahun 1983 yang dibawa dedengkotnya dari Yordania," kata Zuhairi dalam diskusi bertajuk 'Pembubaran HTI dan Amanat Konstitusi Kita' di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Senin (10/7).
Dia menjelaskan, Hizbut Tahrir (HT) mempunyai klaim teologis, barang siapa yang tak mengakui khilafah, dia berdosa besar. Diungkapkannya, jika dilihat dalam kitab-kitab ahlussunnah wal jamaah, konsep khilafah itu tidak masuk dalam rukun Islam maupun rukun Iman.
"Jadi sangat berbahaya jika disebut dosa besar orang yang tak mengakui khilafah," ungkap intelektual NU itu.
Menurut Zuhairi, jika dikatakan siapapun yang tak mengakui khilafah dan menolak syariat Islam dianggap kafir, maka sama saja dengan menganggap Pancasila adalah ideologi kafir. Karenanya, NU dan Ansor dengan tegas menolak HTI.
"Mereka menganggap Pancasila itu adalah sistem kafir. Jadi memang yang disasar adalah jantungnya negara. Makanya NU dan Ansor menolak HTI karena berpotensi menimbulkan konflik di tengah umat," tandasnya.
MONITOR, Jakarta - Irjen Kemenag Faisal Ali tidak semata menjadi mitra pengawasan, tetapi juga problem…
MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Fahri Hamzah mengatakan bahwa…
MONITOR, Jakarta - Konsul Haji pada Kantor Urusan Haji (KUH) Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI)…
MONITOR, Jakarta - Kabar duka datang dari Gerakan Pemuda Ansor. Wakil Ketua Umum PP GP…
MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua MPR RI H Yandri Susanto menyatakan bahwa Indonesia butuh generasi…
MONITOR, Jakarta - Sepekan terakhir polemik tentang hukum musik dan lagu kembali ramai di media…