Kamis, 28 Maret, 2024

Kampus UIII, Kiblat Peradaban Islam Moderat di Masa Depan?

MONITOR, Depok – Pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) didasari adanya kebutuhan masyarakat Muslim dunia, terhadap khazanah pengkajian Islam yang moderat. Hal itu diungkapkan Komaruddin Hidayat, selaku panitia pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).

Selain itu, Komar menjelaskan orientasi kampus UIII ini berlandaskan dua arah, yaitu bentuk kontribusi kepada umat muslim internasional dan kontribusi terhadap kajian Islam di Indonesia.

“Bahwa uii ini ada dua arah. Berkontribusi Keluar dan berkontribusi kedalam,” kata Komarudin saat konferensi Pers di Jalan Raya Bogor, Sukmajaya, Depok, Selasa (5/6).

Menurutnya, UIII berkontribusi keluar dimaknai dengan bagaimana Indonesia mengenalkan Islam kepada dunia luar dengan kajian-kajian Islam, sehingga nantinya Indonesia juga menjadi pusat kajian Islam tidak hanya dari timur tengah saja.

- Advertisement -

“Keluar sebagai upaya kontribusi internasional Islam pada dunia untuk mengenalkan satu wilayah kajian Islam Indonesia yaitu Asia Tenggara kepada dunia, sehingga pusat kajian Islam yang selama ini di Timteng, maka kita ingin Indonesia menjadi tujuan riset studi Islam,” tuturnya.

Peletakan batu pertama pendirian kampus UIII (dok: Rangga Monitor)

Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menambahkan, UIII kedepannya bisa memberikan sumbangsih terhadap kajian Islam yang berkualitas, sehingga akan menjadi pertukaran antara pelajar dan pengajar dalam pendidikan.

“Indonesia memiliki ekspresi nasional khas yang tidak ditemukan negara lain segingga ini bagian kontribusi pusat kajian Islam. Saya harap kedalam juga UIII ini mendorong kualitas lembaga-lembaga di Indonesia. Disamping juga kita ingin kampus ini tidak hanya mahasiswa asing, tapi kita juga ingin berapa dosen yang ada di Indonesia dengan tidak semuanya dosen itu luar negeri yang tidak bisa ini kita harapkan jadi interpretasi,” ujarnya.

Konektor Dunia Islam Internasional

Realisasi dibangunnya UIII ini, dikatakan Komaruddin Hidayat, sebagai salah satu proyek strategis nasional yang menjadi koneksi bagi masyarakat Indonesia untuk menjembatani hubungan Islam dengan dunia luar secara global.

“Ini sebagai pintu gerbang orang di Indonesia untuk terkoneksi dengan dunia luar,” ujar Komar.

Ia menuturkan, apabila melihat dari segi keilmuan bahwa UIII juga mengadopsi dari ilmu beberapa negara. Selain itu ada juga kajian yang dinamai dengan konteks lokal, sebagai upaya memperkenalkan budaya dan bahasa Indonesia dalam kajian Islam, sehingga nantinya pelajar tersebut bisa menjadi duta untuk negaranya kepada Indonesia.

Presiden Joko Widodo meresmikan awal pembangunan kampus UIII (dok: Rangga Monitor)

“Adapun standar keilmuannya kita sudah melakukan kajian di Al-Azhar, Australia, Jepang, Mesir, kita udah mendalami kajian dan lain lain. Tapi nanti ada satu kajian konteks lokal yaitu studi kawasan dan bahasa yang dipakai hanya dua bahasa Inggris dan Arab,” tuturnya.

“Jadi untuk mahasiswa asing nanti diwajibkan belajar Indonesia, sehingga nanti alumninya secara tidak langsung jadi duta budaya Indonesia pada negaranya masing-masing,” tambahnya.

Dengan begitu, ia menyatakan bahwa tahap awal pada tahun depan diharapakan UIII sudah mulai beroperasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Adapun jurusan yang akan dibuka pada tahap awal ada tiga jenis. Dengan berlandaskan kepada kajian Islam, politik Islam, dan pembelajaran Islam yang dipadukan.

“Penerimaan mahasiswa diharapkan tahun depan. Ada tiga pilarnya satu antar kuliahnya, kedua research, ketiga kebudayaan, maka bisa saja nanti kebudayaan mulai dari workshop. Dan mulai membuat skrip nusantara kemudian juga bisa dimulai. Dan itu dibuka hanya tiga jurusan yaitu Islamic studies, politic studies, dan education. Dan ini khusus pasca sarjana,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, yang menjadi kelebihan lain dari dibangunnya UIII ini ialah akan menyerap mahasiswa setengah dari Indonesia dan dari luar negeri. Ia pun mengaku kalau pembangunan UIII menggunakan dana APBN sehingga ada martabat bangsa yang di pertaruhkan disitu.

“Mahasiswanya sementara mungkin 50:50 dari luar negeri dan 50:50 dari Indonesia. Dan perlu diketahui ini semua dari apbn karena ini martabat bangsa. Lalu mahasiswa asing yang disini nanti dikasih beasiswa. Jadi ini beasiswa dari negara,” tandasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER