Jumat, 19 April, 2024

Bersama Gubernur NTB, BKP Kementan Lepas Ekspor Jagung ke Filipina

MONITOR, Sumbawa – Mewakili Menteri Pertanian, Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan Agung Hendriadi bersama Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Zainul Majdi melepas ekspor jagung ke Filipina dari pelabuhan Badas Sumbawa Besar, Selasa (20/3). Pelepasan ekspor jagung tersebut sekaligus pencanangan inovasi Bidang dan Gerakan Masyarakat Jagung Integrasi Sapi (Gemajipi).

"Ekspor jagung dari Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat ke Filipina sebanyak 11.500 ton dari target 100.00 ini merupakan ekspor yang ketiga," kata Agung.

"Sebelumnya ekspor dilakukan dari Provinsi Gorontalo sebanyak 57.650 ton dari target 100.000 ton (14/2). Kemudian dari Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 60.000 ton dari target 100.000 ton (9/3)," tambahnya.

Menurutnya, selain Filipina, Malaysia juga memiliki pangsa pasar potensial untuk ekspor jagung, yaitu 1 juta ton jagung kebutuhan di Filipina dan 3 juta ton di Malaysia dalam setahun. "Peluang inilah yang harus kita ambil agar petani sebagai produsen jagung mendapat keuntungan dari usaha taninya," terangnya.

- Advertisement -

Hadir dalam kesempatan tersebut, TGH Zainil Majdi menyampaikan, ekspor jagung merupakan bentuk apresiasi pemerintah kepada petani dan kepada pihak-pihak terkait lainnya yang telah bekerja keras.

"Dengan ekspor ini, diharapkan kesejahteraan petani meningkat sehingga bergairah dalam berusaha tani. Jangan sampai produksi berlimpah tetapi harganya merugikan, dengan ekspor ini, jelas akan menguntungkan dan menggairahkan petani," kata Gubernur NTB tersebut.

Selain Gubernur NTB, turut hadir dalam acara tersebut Wakil dari Kemenko Perkonomian, Pangdam Udayana, Wakapolda dan Bupati Sumbawa beserta undangan lainnya.

Seperti diketahui, berdasarkan angka ramalan (Aram) II BPS, 2017) produksi jagung tahun 2017 sebanyak 27,95 juta ton atau meningkat 18,53 persen dibanding tahun 2016 sebesar 23,58 juta ton. Tahun 2018 diperkirakan produksi jagung nasional sebesar 30 juta ton (Sasaran Kementan), atau naik 7,34 persen.

Selama 5 tahun terakhir (2014-2018), diperkirakan produksi jagung nasional tumbuh rata-rata 12,32 persen per tahun, capaian yang sangat tinggi disaat produksi pangan lain juga meningkat. Pertumbuhan produksi jagung juga diikuti dengan peningkatan pertumbuhan luas panen sejak 2014-2018 sekitar 11,13 persen per tahun, serta pertumbuhan produktivitas 1,57 persen per tahun. 

Sasaran produksi tahun 2018 sekitar 30 juta ton, dan perkiraan kebutuhan 20,23 juta ton, maka terdapat surplus 9,77 juta ton. Komponen kebutuhan pakan masih menjadi porsi terbesar dalam kebutuhan jagung nasional. Sekitar 50-55 persen share produksi jagung terhadap bahan baku pakan ternak. Sepuluh provinsi sentra produksi jagung nasional, menguasai sekitar 85 persen produksi nasional. Dimana Provinsi NTB sebagai salah satu sentra produksi (ke-5 nasional) berkontribusi dalam penyediaan jagung  sebesar 7 persen. 

Diperkirakan produksi jagung NTB dalam triwulan I (Jan-April) 2018 berturut-turut: 195.018 ton (Januari); 187.255 ton (Februari); 262.530 ton (Maret); dan 385.152 ton (April). Produksi tersebut terhampar dari luasan panen selama Januari-April 2018 yaitu: 37.576 ha (Januari); 36.080 ha (Februari); 50.584 ha (Maret); dan 74.210 ha (April). 

Untuk membantu petani memperoleh hasil yang layak, Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 27/M-DAG/PER/5/2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan harga Acuan Penjualan di Konsumen. 

Dalam Permendag ini harga jagung di tingkat petani dibedakan berdasarkan kadar air yaitu: kadar air 15 persen seharga Rp 3.150/kg; kadar air 20 persen seharga Rp 3.050/kg; kadar air 25 persen seharga Rp 2.850/kg; kadar air 30 persen seharga Rp 2.750/kg; dan kadar air 35 persen seharga Rp 2.500/kg. Sedangkan harga acuan jagung di tingkat konsumen Rp 4.000/kg.

Harapannya, yakni menghasilkan keseimbangan harga di tingkat petani dan konsumen tetap terjaga dengan baik.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER