Jumat, 29 Maret, 2024

Perjuangan Slamet Wuryadi Melawan Stigma Negatif Gizi Telur Puyuh

MONITOR, Sukabumi –  Ketua Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Cilangkap Sub 1 Cikembar, Sukabumi Jawa Barat, Slamet Wuryadi mengaku sedih dan kecewa dengan santernya berita dan stigma buruk mengenai gizi daging dan telur puyuh di masyarakat. Padahal menurutnya,baik daging maupun telur puyuh terbukti secara penelitian ilmiah sangat baik untuk kesehatan dibanding sumber protein sejenis dari telur ayam, itik, atau angsa bahkan ikan salmon sekalipun.

Sadar akan manfaat puyuh baik secara ekonomis maupun nilai gizi, Slamet Wuryadi pun Bersama kelompok masyarakat melalui Slamet Quail Farm (SQF) mendorong pemerintah untuk membantu pergerakan aktivitas kelompok tani dari segi akses permodalan, bantuan bibit, dan akses pakan yang terjangkau guna menggerakkan sektor ternak puyuh.

“Bila dihitung secara ekonomis dan nilai gizi tiga butir telur puyuh seharga Rp 900 sama dengan nilai protein sebutir telur ayam kampung seharga Rp 2.500. Artinya konsumen juga dapat menikmati keuntungan tersendiri dengan mengkonsumsi telur puyuh dibanding telur ayam,” ujar Slamet kepada awak media di Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Cilangkap Sub 1 Cikembar, Sukabumi Jawa Barat,Kamis (13/3/2019).

Telur-telur puyuh yang ada di Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Cilangkap Sub 1 Cikembar, Sukabumi

Slamet-pun tak kenal Lelah mengedukasi dan meluruskan infomasi soal kandungan gizi khususnya kolestrol telur puyuh kepada masyarakat yang selama ini disebut memiliki kandungan kolestrol sangat tinggi.

- Advertisement -

“Penelitian yang dilakukan Balai Pelatihan Ternak (Balitnak) kandungan kolesterol puyuh hanya 213 miligram(mg) per 100 gram, penelitian UGM 252,75 mili gram per 100 gram dan BPPTP Ristek 318,4 miligram per 100 gram. Jadi kalau ada anggapan kolesterolnya tinggi bahkan tidak boleh dikonsumsi, itu salah besar. Karena kolesterolnya paling rendah dibanding telur ayam, bebek dan angsa,” tegasnya

Selain itu, katanya, kandungan protein pada daging puyuh 22,13 persen dan lemak 0,47 persen. Sedangkan telur puyuh mencapai 10,5 persen dan lemak 4,9 persen. “Telur puyuh juga kaya akan kandungan omega 3 dan 6 yang sangat tinggi. “Selama ini masyarakat ditakut-takuti (oleh data yang disajikan salah satu rumah sakit Luar Negeri),” kata Slamet Wuryadi.

Sementara itu, dari data lab Institut Pertanian Bogor (IPB), ternyata, telur puyuh mengandung protein sebesar 10,5 persen, sedangkan lemaknya hanya 4,9 persen. Begitupun dengan daging puyuh, kandungan protein sebesar 22,13 persen, sedangkan lemaknya hanya 0,45 persen.

“Salmon kalah, Salmon hanya 20 persen kandungan lemaknya,” katanya.

Prospek Bisnis

Menurut Slamet, Prospek bisnis puyuh di Indonesia sangat menjanjikan. Kebutuhan nasional mencapai 7 juta butir per hari, sedangkan produksi hanya mampu mencukupi sekitar 4 juta butir per hari. Bahkan omset usaha ini tiap hari mencapai Rp 1,2 miliar.

“Hingga saat ini pihaknya belum mampu memenuhi permintaan telur puyuh teruatama Propinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Ketiga daerah tersebut paling banyak permintaan, mencapai 13,5 juta butir telur puyuh per minggu,” katanya.

Berdasarkan metrik P4S Sub 1 Cikembar, pendapatan rata-rata produksi telur puyuh sehari berkisar 75-80 persen per hari. Dengan produksi harian sekitar 800 butir per hari dengan margin Rp 300, peternak dapat menghasilkan omzet Rp 240 ribu per hari.

“Dengan nilai investasi sebanyak Rp 2.250.000 berupa 750 ekor indukan puyuh, dalam waktu 18 bulan para peternak dapat meraup omzet sekitar Rp 22.056.000,” jelasnya.

Ternak Telur Puyuh dan Ayam Puyuh

Slamet memaparkan, dengan bermodalkan lahan sekitar 20 meter dan uang tabungan Rp 22.056.000 dan meluangkan waktu selama satu jam perhari, sudah bisa mendapatkan tambahan pendapatan sebesar Rp 80.500 perhari.

“Modal yang diperlukan hanya Rp 22.056.000. Digunakan untuk membeli sangkar produksi sebanyak 5 unit, dengan harga perunit 1 juta (jadi Rp 5 Juta), modal membeli ayam puyuh betina siap bertelur, harga persatuannya Rp 12.500, belinya 1000 Ekor (Rp 12,5 Juta), untuk membeli vitamin Rp 220.000 dan modal untuk pakan dicadangkan selama 30 hari. 1 hari membutuhkan 22 kg, 1 kg Rp 6.600 (Rp 4.356.000),” katanya.

Menurut dia, dengan memelihara ayam puyuh sebanyak 1000 ekor, maka akan menghasilkan telur puyuh sebanyak 800 butir. “Satu butir telur puyuh harganya Rp 300 X 800 butir, Jadinya Rp 240.000. Kalau dikurangi biaya pakan (Rp 145.200) dan vitamin (Rp 14.300) maka hasilnya menjadi Rp 80.500 perhari,” tandasnya.

Slamet mengatakan telur puyuh di luar negeri, khususnya di kawasan Eropa Barat dan Amerika Utara merupakan makanan yang sangat mewah. Sebab, telur mungil itu memiliki segudang manfaat. Untuk itu, dia rela membagikan Ilmu cara beternak ayam puyuh secara gratis kepada masyarakat.

“Silakan datang kemari, siapapun yang ingin belajar jadi peternak ayam puyuh, insyaAllah saya akan berikan ilmunya sampai dia bisa, Gratis, cukup bawa ongkos datang dan ongkos pulang, (untuk biaya) makan kami tanggung,” kata Slamet Wuryadi.

 

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER