MONITOR, Pamekasan – Budidaya bawang merah off season terus dikembangkan di berbagai wilayah, termasuk Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian (Kementan) Moh Ismail Wahab menyebutkan bahwa budidaya off season bisa menjadi solusi ketersediaan bawang merah nasional.
Budidaya bawang merah off season biasanya berlaku untuk penanaman di musim hujan dan dilakukan di lahan kering dan terbuka. Karena itu, wilayah-wilayah yang menerapkan budidaya bawang merah off season bisa mengisi kekosongan pasokan dari sentra bawang merah lainnya.
“Saat intensitas hujan tinggi seperti sekarang ini, sebagian besar sentra bawang merah mengurangi luas tanamnya. Pamekasan berbeda karena justru disini malah puncak tanam bawang merah. Ini yang disebut tanam di luar musim atau off season. Budidaya ini menjadi solusi untuk mengisi kebutuhan nasional di saat pasokan berkurang,” ungkap Ismail saat melawat ke Desa Bangsereh, Kecamatan Batumarmar, Kabupaten Pamekasan, pada Selasa (6/3).
Di desa tersebut terhampar lahan bawang merah seluas 600 hektare. Varietas yang digunakan adalah Manjung yang merupakan varietas asli Pamekasan. Manjung memiliki daya tahan tinggi saat musim hujan dengan produktivitas 6-7 ton per hektare, bahkan bisa mencapai 10 ton per hektare di musim kemarau.
“Panen raya di Pamekasan terus berlanjut di bulan Maret sampai April. Dampaknya, petani di sini sering memperoleh harga baik. Saat ini saja grade super dihargai Rp 25 ribu dan yang biasa Rp 17 ribu untuk setiap kilogramnya. Bagus harganya,” terangnya.
Ketua Kelompok Tani (Poktan) Tani Sejati Musafi menyambut positif kunjungan pemerintah pusat ini. Petani yang sudah puluhan tahun konsisten bertanam bawang merah ini berharap perhatian lebih dari pemerintah bagi petani bawang merah wilayah ini. “Mohon bantuan pemerintah untuk alat kultivator, pompa dan traktor karena petani sangat membutuhkannya,” pinta Musafi.
Musafir menyampaikan bahwa dengan modal Rp 50 – 60 juta per hektare, para petani bisa mendapatkan untung. Petani di Kec. Batumarmar biasa tanam 3 kali dalam setahun, terutama di lokasi yang cukup air. “Bahkan sekarang pedagang Jawa kejar barang ke sini untuk dikirim ke Jakarta sampai Kalimantan,” jelasnya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pamekasan Lisa Widyawati mengaku kerap menyambangi kebun bawang merah di wilayah ini terutama di puncak musim hujan. Di lapangan, para petani menemui kendala cuaca, seperti embun upas. “Kalau umur tanaman masih 15 – 30 hari, kondisi tanaman sangat rentan,” ungkapnya.
Untuk menekan resiko gagal, petani langsung mengaplikasikan fungisida ke tanaman mereka. Meskipun masih bisa dipanen, tapi produktivitasnya menurun. Lisa mengharapkan pemerintah pusat bisa memberikan solusi bagi petani.
Dalam kesempatan tersebut, Lisa juga memperkenalkan para petani muda dari generasi milenial. “Mereka ini lulusan S1, pernah menghadap saya dan menyampaikan bahwa mereka serius ingin bertani dan memajukan desanya. Yang begini perlu didukung,” tegasnya.
Pamekasan sebagai sentra bawang merah di Pulau Madura memiliki luas panen tahun 2018 sebesar 2.600-an hektar, terbesar di kecamatan Batumarmar, dengan produksi 186 ribu kuintal, naik dibandingkan tahun 2017. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) senilai lebih dari Rp 42 Milyar termasuk bantuan benih hortikultura yang dialokasikan untuk kabupaten pamekasan di tahun ini.
Kementerian Pertanian terus berupaya menjaga stabilisasi pasokan bawang merah melalui manajemen tanam. Dirjen Hortikultura, Suwandi saat dihubungi terpisah di sela kunjungan kerjanya di Jawa Barat mengingatkan kembali 10 jurus untuk stabilisasi cabai dan bawang merah.
“Salah satu cara yang ampuh agar pasokan terus merata sepanjang waktu yaitu dengan mendorong perluasan tanam di daerah-daerah yang bisa tanam di luar musim. Diharapkan muncul sentra-sentra pertanaman off season sebagai penyangga pasokan di luar musim tanam seperti Pamekasan ini,” tandasnya.