MONITOR, Bogor – Tokoh Ulama sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Riyadul Aliyah Cisempur Bogor, KH. Abbas Ma’ruf, mengaku prihatin dengan kondisi masyarakat yang tidak saling menghargai perbedaan pilihan politik ajang pemilihan presiden (Pilpres) 2019.
“Kalau pendapat saya, justru ketika pilpres ini dijadikan satu pesta demokrasi yang mestinya warga masyarakat itu memahami hal itu. Adapun perbedaan pemilih atau pilihan mestinya tidak jadi konflik, nah yang penting kita itu punya pendirian masing-masing dengan alasan kita yang baik,” ujar Kyai Abbas kepada MONITOR, Rabu (16/1/2019).
Menurut Kyai Abbas, ajang pemilu ataupun pilpres tidak lain merupakan ujian bagi masyarakat Indonesia dimana jika setiap kelompok masyarakat saling mencaci dan saling hujat maka hal itu akan menjadi musibah.
“Kita diciptakan Allah SWT dengan adanya kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi lalu saling caci, saling menghina saling hujat, itu adalah merupakan bala bagi umat Islam,” ungkapnya.
“Au yalbisakum syiya’aw wa yuziqa ba’dhukum ba’sa ba’dhi artinya Bahwa Allah SWT itu menurunkan bala itu bukan saja puting beliung, bukan saja gempa, atau banjir, bukan itu saja yang menjadi bala. Bala itu pun termasuk saling caci mencaci, dan saling menjelek-jelekkan. Itu juga namanya bala dari Allah SWT, yang apabila kita semua sadar akan hal itu, maka akan diangkat bala itu. Nah kalau tidak sadar, kita takut bala itu bertambah dari Allah SWT,” tegasnya.
“Saya hanya menyampaikan ke masyarakat, mestinya sekalipun beda pilihan, ngapain sih itu harus saling menjelekkan. Dan kita itu kan ibaratnya bagi kita yang punya pilihan, kalau pengen banyak yang mengikuti, ibaratnya kita itu kan dagang. Pedagang yang baik kan yang membaikan dagangannya itu sendiri, bukan malah menjelekkan dagangan orang lain,” tandasnya.
Sementara itu, terkait dengan masyarakat yang banyak mengeluh dengan kondisi ekonomi dan kesulitan hidup, Kyai Abbas mengingatkan untuk lebih banyak bersyukur.
“Katanya sulit segala macam, yang itu inilah, saya pikir itu mereka tidak bersyukur. Padahal mereka masih bisa makan, memakai pakaiannya sudah bertumpuk, atau motor itu kadang satu rumah ada tiga, entah apa yang mereka pikirkan. Nah kalau itu saja tidak diterima, maka mereka itu tidak mensyukuri nikmat yang ada,” ungkapnya.
Disinggung soal sosok ulama dalam hal ini KH. Ma’ruf Amin yang turut berkompetisi dalam ajang pilpres 2019, Kyai Abbas yakin jika nanti terpilih akan berkontribusi positif bagi pemerintahan kedepan. “Saya selaku Nahdliyin melihat terpilihnya Kyai Ma’ruf ini sangat-sangat berarti bagi kaum Nahdliyin khususnya dan umat islam pada umumnya, Sekarang saja dari pemerintahan kan begitu perhatiannya kepada pesantren,” harapnya.
Sebagai tokoh agama, Kyai Abbas sendiri memandang Pilpres 2019 bukan semata-mata pertarungan antara Jokowi dan Prabowo melainkan juga pertarungan antara kelompok Islam moderat dan Radikal. Untuk ia berharap masyarakat khususnya warga NU sadar dengan hal tersebut.
Soal sosok Ma’ruf Amin yang dinilai sebagian orang ataupun kelompok hanya dimanfaatkan oleh kubu Jokowi, Kyai Abbas dengan tegas menampiknya. “Pendapat saya, kalau Kiai Maruf itu dikatakan sebagai tameng saja, menurut saya itu tidak benar. Sebelum Kiai Maruf Amin jadi cawapres, perhatian Pak Jokowi ke pesantren NU itu luar biasa. Lalu dengan adanya, bahasa dari sebelah itu Pak Jokowi anti Islam, dari sisi mana mereka melihatnya? Pengajian-pengajian kan jalan saja. Kalau kriminalisasi ulama, ulama mana yang dikriminalisasi? Di kita pengajian itu kan bebas-bebas saja, kalau di Malaysia, tidak semua orang bebas naik mimbar,” katanya.
“Bagi saya tentang Jokowi anti Islam, bahwa Pak Jokowi itu kriminalisi ulama itu hanya black campaign,” pungkasnya.