MONITOR, Jakarta – Tantangan baca kitab suci Al-quran bagi capres cawapres mendulang sorotan dari Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (PB MDHW), Hery Haryanto Azumi. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Hery menilai sudah selayaknya capres dan cawapres memiliki pemahaman yang relatif mendalam tentang Islam dari berbagai aspeknya.
“Salah satu aspek penting yang patut dipertimbangkan adalah kemampuan untuk membaca dan memahami Al-qur’an sebagai kitab suci umat Islam,” ujar Hery kepada MONITOR, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (2/1/2019).
Hery menekankan, capres dan cawapres harus memiliki background yang konsisten tentang Islam, dalam pengertian tidak mendadak ‘Islam’ atau tiba-tiba sangat vokal atau menampilkan diri paling ‘Islam’ atau paling peduli dengan Islam.
“Capres Jokowi dan Cawapres KH. Ma’ruf Amin memiliki background Islam yang sangat jelas. Pak Jokowi sejak di Solo memiliki keinginan yang kuat untuk mempelajari Islam dari dasar-dasarnya,” terangnya.
Jokowi, dikatakan Hery, telah mengundang guru ngaji dan guru spiritual, seperti KH. Abdul Karim dan KH. Dian Nafi untuk memberikan panduan spiritual. Sementara KH. Ma’ruf Amin adalah ulama besar yang memimpin ulama besar Indonesia di NU dan MUI, dua ikon organisasi keagamaan Indonesia.
“Pak Jokowi bahkan dinobatkan sebagai salah satu pemimpin Muslim dunia paling berpengaruh. Jadi, identitas dan status keislaman beliau berdua tidak perlu diragukan karena sudah terbukti dalam perjuangan dan pengabdiannya,” tandasnya.
Kendati demikian, Hery tidak setuju jika aspek keislaman menjadi satu-satunya faktor. Untuk memimpin 260 juta rakyat Indonesia, menurutnya sangat diperlukan pemimpin yang memiliki track record pengabdian dan perjuangan untuk rakyat Indonesia.