Selasa, 26 November, 2024

Indonesia Siap Kembangkan Jagung Rendah Aflatoksin

MONITOR, Jakarta – Kebutuhan jagung rendah aflatoksin (dibawah 20 ppb) diperkirakan 15.000 ton setiap tahunnya. Jagung tersebut digunakan sebagai bahan pakan sapi perah agar menghasilkan susu segar dengan persyaratan aflatoksin maksimal 0.5 ppb. Kebutuhan ini sangat kecil dibandingkan dengan produksi jagung nasional.

Namun produksi jagung rendah aflatoksin tersebut memerlukan penanganan khusus mulai dari budidaya, penanganan pasca panen sampai distribusi kepada peternak sapi perah yang membutuhkan. Upaya petani menghasilkan jagung rendah aflatoksin harus dibarengi insentif harga yang memadai dari pembeli (peternak sapi perah).

Aflatoksin merupakan toksin yang dihasilkan jamur Aspergillus Flavus. Jamur tersebut akan terus berkembang biak pada jagung dengan kadar air diatas 14 % sehingga pengujian kandungan aflatoksin harus dilakukan setelah jagung dikeringkan dan mencapai KA maksimal 14 %. Pertumbuhan aflatoksin dapat ditekan setelah jagung pipil mencapai kadar air 14%.

Menurut Direktur PPHTP Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Gatut Sumbogodjati, pengujian pada sampel jagung di lahan petani pada 2-7 hari menjelang panen di beberapa daerah sentra jagung menunjukkan bahwa kandungan aflatoksin masih dibawah 20 ppb (tertinggi 1.8 ppb).

- Advertisement -

“Jagung dengan aflatoksin rendah sangat dimungkinkan disediakan di dalam negeri dengan ketentuan dipanen pada umur maksimal (ditandai dengan kelobot dan daun yang berwarna coklat), proses panen menggunakan Corn Combine Harvester dan dalam waktu maksimal 4 jam harus langsung dilakukan pengeringan menggunakan Dryer untuk mempertahankan kontaminasi aflatoksin agar tetap dibawah 20 ppb,” ungkap Gatut.

Kandungan aflatoksin dibawah 20 ppb pada jagung dapat dipertahankan dengan panen menggunakan Corn Combine Harvester (mempercepat proses panen) dan proses pengeringan menggunakan Dryer. Mengingat kepemilikan lahan jagung masing-masing petani jagung relatif kecil, maka untuk menghasilkan jagung rendah aflatoksin dalam jumlah yang memadai diperlukan perjanjian khusus Business to Business antara Petani dengan Peternak Sapi Perah atau Industri Susu Segar.

Poin penting dalam perjanjian tersebut, kata Gatut, adalah luas lahan jagung, kualitas, volume, harga dan pola pasokan. Pemerintah siap memfasilitasi kebutuhan alsintan yang diperlukan (Corn Combine Harvester), Pengering (Dryer) dan mendampingi pengembangan Jagung rendah aflatoksin di area yang disepakati.

“Jagung rendah aflatoksin tidak hanya tanggung jawab Pemerintah saja, namun Peternak sapi perah atau industri susu segar juga memiliki tanggungjawab untuk melakukan pengawalan dari budidaya sampai dengan penanganan pasca panen dan proses distribusi jagung rendah aflatoksin pasca perjanjian Business to Business,” tambah Gatut.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari PT. Green Fields sebagai salah satu industri susu segar, karakteristik mutu yang dipersyaratkan disamping kandungan aflatoksin adalah Kadar air maks 15 %. Secara tematik, kita memiliki segala sumber daya untuk menghasilkan jagung rendah aflatoksin. Bantuan Pemerintah melalui Kementerian Pertanian antara lain Traktor Roda 4, Alat Tanam Jagung, Corn Combine Harvester, Roda Tiga, Pengering Jagung (Dryer) dan pengujian mutu.

Lebih lanjut menurut Gatut, pemerintah telah memfasilitasi biaya pengujian mutu jagung di daerah sentra sentra jagung untuk membantu kelompok tani mengetahui tingkat mutu jagung yang dihasilkan. Bangsa Indonesia adalah Bangsa Besar yang beruntung memiliki dua musim tanam jagung. Penetapan daerah tertentu sebagai kawasan jagung menjadi titik awal pengembangan produksi jagung rendah aflatoksin kedepan.

“Pengembangan produksi jagung rendah aflatoksin harus dilakukan dalam bentuk kawasan karena kepemilikan lahan petani kecil-kecil. Pengawalan produksi jagung rendah aflatoksin mulai dari proses budidaya sampai dengan penanganan pasca panen harus dilakukan tidak hanya oleh produsen jagung tetapi juga oleh peternak sapi perah sebagai mitra,” tutup Gatut.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER