MONITOR, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (3/10) mengalami tekanan yang cukup dalam, pelemahan rupiah tembus 15.025 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute, Reza Priyambada mengatakan fluktuasi rupiah dibayangi kekhawatiran pelaku pasar uang terhadap aktivitas ekonomi China yang cenderung melambat.
“Ekonomi China yang melambat dikhawatirkan berdampak ke ekonomi kawasan sekitar,” katanya.
Sentimen tercapainya kesepakatan baru Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) antara AS, Meksiko, dan Kanada dapat mendorong permintaan dolar AS sehingga menahan laju rupiah.
Padahal sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah masih mengalami depresiasi, tetapi dengan volatilitas yang masih terjaga.