MONITOR – Belum genap sebulan dilantik menjadi Gubernur Sumatera Utara, Edy Rachmayadi kerap mengundang perhatian publik. Attitude mantan Panglima Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) itu terus menuai kontroversi. Memiliki latar belakang militer, Edy cukup tegas dan sangat disiplin dalam memimpin anak buahnya di birokrasi Sumatera Utara.
Berikut ini tiga perilaku Edy yang menuai kontroversi di kalangan khalayak luas:
1. Mengusir ibu-ibu pendemo
Insiden pengusiran ini terjadi ketika ratusan nelayan tradisional dari berbagai daerah di Sumut berunjuk rasa. Aksi di depan kantor Gubernur Sumut ini digelar untuk mendapatkan keadilan terkait aturan pelarangan melaut. Para demonstran menuntut agar Peraturan Menteri (Permen) Kelautan dan Perikanan nomor 71 tahun 2016 dicabut.
Mendengar hiruk pikuk aksi diluar kantor dinasnya, Edy pun naik pitam. Ia lalu menemui massa dan menasehati mereka agar membubarkan diri dengan tertib. “Bubar dengan tertib, jangan sampai mengganggu orang jalan. Mari sama-sama kita jaga, supaya Sumatera Utara ini bermartabat,” ujar Edy melalui pengeras suara dari mobil komando.
Saat berbicara di hadapan pengunjuk rasa, tiba-tiba Edy melihat seorang ibu-ibu memakai jilbab biru asyik berbicara sendiri di tengah kerumunan. Kemarahan Edy semakin tak terbendung, ia merasa tak dihargai sehingga mengusir ibu-ibu tersebut.
“Ibu, berdiri, keluar, jalan. Ibu, berdiri, jalan keluar, ibu berdiri. Saya tidak senang, kalau saya sedang ngomong, orang ngomong,” teriaknya di hadapan para pengunjuk rasa.
2. Menampar supporter PSMS Medan
Edy datang ke Stadion Teladan Medan untuk menyaksikan pertandingan PSMS Medan melawan Persela Lamongan, Jumat (21/9/2018) malam. Sayangnya ia kecewa karena ulah supporter PSMS Medan. Tepatnya saat pertandingan berjalan 65 menit, Edy mendadak turun dari Tribun VVIP. Ia menghampiri supporter yang ketahuan menyalakan flare.
Ketua Umum PSSI ini menyuruh para supporter untuk duduk, akan tetapi mereka justru terus menyanyikan lagu dukungan khas suporter PSMS Medan. Pada video yang terekam, terlihat Edy berbicara dan memegang pipi suporter tersebut.
Kejadian ini pun direspon Edy. Ia menepis tuduhan telah menampar pipi sang supporter itu. Kata Edy, dirinya hanya memberikan peringatan kepada oknum tersebut.
“Itu suporter yang bandel-bandel, (saya peringatkan) jangan dong bandel-bandel, ribut-ribut di situ, saya datangin,” ungkap Edy.
“Saya mana mungkin melakukan kekerasan kepada anak-anak, saya paling senang kepada anak-anak. Memang tangan saya keras ini, saya sehari saja push up 40 kali masih sanggup, kalau gak percaya kalian pegang tangan saya. Tetapi saya melakukan kemarin itu memarahi anak itu, karena menggunakan flare dan itu dilarang oleh FIFA,” terangnya lagi.
3. Bersikap arogan saat diwawancarai salah satu stasiun televisi
Setumpuk masalah tengah dihadapi Edy Rachmayadi terlebih usai tewasnya supporter Persija, Haringga Sirla. Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) itu bolak balik dikejar wartawan untuk dimintai keterangannya terkait insiden nahas itu. Saat menjadi narasumber via telewicara di program televisi Kompas Petang, Edy banyak membahas soal kinerja PSSI terhadap dunia sepak bola.
Ketika percakapan hampir tuntas, sang pembawa berita kembali mempertanyakan dua jabatan yang diemban Edy, akankah hal tersebut mengganggu pekerjaannya sebagai Gubernur Sumatera Utara saat ini. Sontak, pertanyaan sang jurnalis ditangkis oleh Edy. Ia menegaskan, jurnalis tersebut tak memiliki hak untuk menanyakan hal tersebut.
Singkat dan dingin. Edy enggan untuk menjawab pertanyaan yang dilayangkan sang jurnalis kepadanya. Bahkan pada wawancara tersebut, Edy Rachmayadi memutuskan untuk mengakhiri percakapan secara sepihak lantaran pertanyaan jurnalis dianggap berlebihan.
“Anda-anda sepertinya terlalu berlebihan bertanya, terimakasih saya akhiri, Assalamualaikum,” ujar Edy yang langsung beranjak dari tempat duduknya.