Jumat, 22 November, 2024

Ingat Pesan Ayah Sebelum Wafat, Zohri Menangis

MONITOR, Jakarta – Kisah Lalu Muhammad Zohri, sang juara dunia lari 100 meteri di Finlandia tidak ada habisnya. Perjalanan hidup sprinter asal Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini boleh dibilang cukup memilukan.

Setelah bercerita tentang sifat baik sang ayah, Lalu Ahmad, Zohri bercerita tentang dirinya saat pertama masuk PPLP di Mataram. Seperti diceritkan sebelumnya, bahwa awal Zohri masuk PPLP kondisinya sangat memilukan. Dia mengenakan satu-satunya celana yang dimiliki untuk berlatih setiap hari.

Sepatu satu-satunya yang ia miliki juga jebol setelah berlatih selama dua pekan di PPLP. Alhasil, Zohri sempat berlatih tanpa sepatu. Tentu Zohri mengaku sedih dan malu karena atlet yang lain mengenakan sepatu bagus. Beruntung, Zohri mempunyai pelatih, I Komang Budagama yang baik hati.

Mengetahui Zohri tidak punya sepatu, I Komang memberikannya sepatu ket dan baju buat Zohri latihan. ”Saya senang sekali waktu menerima semua itu,” ungkapnya. Saat diberikan sepatu itu, Komang menasihati Zohri agar tetap semangat berlatih.

- Advertisement -

Setelah empat bulan berlatih di PPLP, akhirnya Zohri mendapatkan fasilitas. Dia mendapatkan baju PPLP, celana panjang, sepatu spike, dan sepatu sekolah.

Setelah masalah sarana terpenuhi, konsentrasi Zohri terganggu oleh kabar ayahnya yang tengah sakit keras. Padahal, saat itu Zohri tengah mempersiapkan diri tampil di Pornas 2016.

Mendengar ayahnya sakit keras karena Tifus Zohri pun memilih pulang. Dia menunggu ayahnya yang sedang sakit. Sepekan di rumah, sang ayah menghembuskan napas terakhir.

Saat bercerita itu, Zohri menitikkan air mata. Diucapnya bulir-bulir air mata yang meleleh. Kembali digigit bibirnya. Isak tangis Zohri pecah karena ingat pesan-pesan terakhir sang ayah. Zohri diminta tetap berlatih. Jangan sampai putus sekolah, dan jangan cepat mengeluh.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER