MONITOR, Jakarta – Alasan pemerintah memperpanjang cuti lebaran Idul Fitri 2018 dinilai tidak memikirkan dampak perekonomian yang tidak akan berjalan dalam waktu yang cukup lama.
Hal ini disampaikan Anggota Komisi V DPR RI Bambang Haryo Soekartono saat berbincang dengan MONITOR, di Jakarta, Kamis (7/6).
“Pedagang-pedagang di kota besar dengan adanya libur panjang, mereka juga pada mengeluh. semua kota-kota ini kan libur, Kalo sepi siapa yang membeli, Jakarta ini kan sepi, Surabaya Sepi, Semarang juga sepi, ini mereka nangis semua,” kata dia.
Selain itu, sambung dia, tidak yakin bahwa libur panjang akan memberikan dampak ekonomi di daerah.
“Mereka ngomong nanti duitnya akan berputar di daerah, omong kosong itu,” sebut politikus Gerindra tersebut.
Selain itu, Bambang juga pesimis karyawan swasta tidak akan mengambil jatah cuti lebaran. Sebab, para Pekerja Negeri Sipil atau Aparat Sipil Negara (ASN) akan memaksimalkan cuti panjang tersebut dan pelayanannya tentu kurang maksimal.
“Yang lebih hebat lagi adalah pelayanan ASN. ASN ini liburnya jadi 12 hari. Nah kalau ASN libur sampai 12 hari, si orang-orang (karyawan) atau pengusaha-pengusaha itu pasti mundurin waktunya, tidak mungkin sebelum ASN masuk mereka sudah aktif,” pungkasnya.
Untuk diketahui, pemerintah telah memutuskan untuk menambah cuti bersama Lebaran selama 3 hari yakni pada 11,12 dan 20 Juni 2018.
Keputusan itu diambil setelah pemerintah menggelar rapat intensif di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani.
Tiga menteri yakni Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Lewat keputusan ini, total cuti bersama Lebaran menjadi 7 hari. Sehingga total libur Lebaran tahun ini menjadi 10 hari yakni mulai 11-20 Juni 2018.