MONITOR, Yogyakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) melirik peningkatan produksi buah naga. Hal ini sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman agar meningkatkan produksi dan daya produk pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga nantinya bisa diekspor.
Perihal ini, Dirjen Hortikultura, Suwandi mengunjungi wisata agro Sleman, Yogyakarta, Sabtu (26/5). Lokasinya tepat di kawasan lereng Merapi terdapat sentra buah naga yang cukup eksotik.
Buah yang berasal dari tanaman sejenis kaktus yang berasal dari marga hylocereus ini dapat tumbuh di Indonesia.
Salah satunya adalah Muhamad Gunung Sutopo. Di tangan pria yang ramah lulusan IPB ini buah naga di budidayakan dengan omset jutaan rupiah perbulannya. Di Kertodadi, Pakem Binangun Sleman ini, Gun Sutopo panggilan sosok yang murah senyum ini memiliki Sabila Farm yang mengelola lahan seluas 10 hektar untuk pengembangan buah-buahan. Dulu sebenarnya ini lahan tidak optimal, tapi bisa kita sulap jadi kebun buah naga.
“Ada 4 hektar khusus buah naga, ada 1000 pohon perhektare. Sisanya untuk sirsak, alpukat, jeruk, srikaya, pisang, durian dan sayuran,” ungkapnya.
Gun Sutopo menambahkan buah naga ini yang ada di pertanaman ini sudah 13 tahun. Buah naga ini sudah ekspor sampai Eropa dan Amerika Latin. Buah naga asal Indonesia identik wilayah tropis, sangat disukai masyarakat luar negeri.
“Pesaing kita dari Israel, Vietnam dan Thailand. Ini tantangan buat kita. Sabila farm banyak mempekerjakan masyarakat sekitar. Disini juga dipakai untuk tempat pelatihan,” tuturnya.
Dimusim liburan, Sabila Farm yang dikelola Gun Sutopo selalu ramai pengunjung. Tahun lalu ada 14 ribu pengunjung dan 6 ribu diantaranya belajar magang.
“Sabila farm sendiri sudah memperluas jaringan dan binaannya hingga tersebar di 17 lokasi baik di Jawa maupun Luar Jawa dengan 600 hektare buah naga. Pasar tidak ada masalah,” sebut Gun.
“Generasi muda mestinya terjun ke pertanian. Prinsipnya bila ingin bertani harus niat yang kuat, tekat bulat dan nekat, ya harus Jebret Jebret Jebret gitu,” pintanya.
Dalam kesempatan kunjungan kerjanya, Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi sangat mengapresiasi apa yang sudah dilakukan Gun Sutopo. Petani jangan mudah menyerah dan arus inovatif yang mengikuti perkembangan jaman serta harus bisa mencari terobosan.
“Ini sesuatu yang luar biasa. Bayangkan, lahan tidak produktif bisa diolah menjadi kebun buah naga,” ujarnya.
Menurut Suwandi, jika satu tanaman bisa menghasilkan buah 20 sampai 30kg saja kita bisa panen 20 hingga 30 ton per hektarnya. Di Sabila Farm perkilo 30 ribu, berarti 900 juta rupiah. Sementara biaya perpohon hanya 250 ribu, artinya ini sudah menjadi celah bisnis yang menjanjikan.
“Apalagi bisa memberi lapangan kerja warga sekitar juga. Tapi memang tantangan di kita adalah varietas unggul preferensi konsumen dan teknologi budidaya,” ungkapnya.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Sleman Edi Sri Harmanto menjelaskan Sleman memiliki potensi besar untuk buah naga yakni encapai 300 hektar. Apalagi permintaan masyarakat terus meningkat, buah naga mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan.
“Perbanyakan bibitnya pun mudah, bisa menggunakan cara vegetatif. Saat ini hanya ada sekitar 20 hektar buah naga di Sleman,” terangnya.
“Permintaan pasar lokal sendiri tidak pernah terputus. Selain untuk pemenuhan di wilayah Jogja sendiri, buah naga dari Sleman juga dipasok ke daerah Bogor dan Jakarta,” pungkas Edi.