Kamis, 14 Agustus, 2025

Mahfuz Sidik Ungkap Indonesia Harus Lupakan Trauma Politik Sejarah Masa Lalu

MONITOR, Jakarta – Sekretaris Jenderal Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfuz Sidik mengatakan, Indonesia harus bisa melupakan trauma politik sejarah masa lalu. Agar Indonesia bisa menjadi maju sebagai negara superpower baru seperti halnya China atau Tiongkok.

Hal itu disampaikan Mahfuz Sidik saat menjadi narasumber dalam diskusi Indonesian Anti Fraud Center (IAFC) dan Partai Gelora bertajuk ‘Kebangkitan Tiongkok sebagai Kekuatan Global:  Implikasi Strategis dan Tantangan Indonesia’ yang digelar secara daring, Senin (11/8/2025) malam.

“Kalau kita ingin maju sekarang, sebagaimana ide dari dan semangat Presiden Prabowo, kita harus bisa melepaskan diri dari trauma politik masa lalu agar kita tidak masuk dalam jebakan politik terus,” kata Mahfuz Sidik.

Menurut dia, Tiongkok sekarang berbeda dengan China dahulu, sebagaimana Rusia sekarang yang berhasil melepaskan dari bayang-bayang Uni Soviet.

- Advertisement -

“China bisa mengeliminasi trauma politik sejarah, mereka berhasil menghilangkan stigma negatif dengan keberaniannya untuk membuka diri dan isolasi kepada dunia yang selama ini menutup diri dari luar,” katanya.

Sehingga dalam 25 tahun terakhir, menurutnya, China berhasil menjadi negara modern, menjadi satu kekuatan ekonomi baru, politik dan teknologi terkemuka dunia.

“Selama 25 tahun, tiba-tiba terjadi kemajuan ekonomi yang sangat ajaib bagi China. China berhasil bangkit dengan membangun kesadaran hidup kolektif. Cita-cita kolektif mereka, kemudian menjadi konsolidasi kolektif dan menjadikannya sebagai negara superpower,” ujarnya.

Ketua Komisi I DPR 2010-2017 ini menilai Indonesia punya modal sama seperti China, antara lain catatan sejarah yang panjang dan menjadi tonggak peradaban di dunia. 

“China merdeka tahun 1949, sementara Indonesia 1945. Bisa jadi China ini banyak belajar dari Bung Karno (Soekarno). Terlepas dari hal itu, China berhasil menjadikan kekuatan politik dan kekuasaan politiknya solid. Sehingga ketika berganti kepemimpinan, cita-citanya terus didukung secara berkesinambungan,” jelasnya.

Hal tersebut juga perlu dilakukan Indonesia agar cita-cita atau mimpi menjadikan Indonesia superpower baru bisa dilanjutkan pemerintahan selanjutnya, tidak berhentikan pada momen 5 tahunan.

Artinya, Indonesia tidak perlu secara terus menerus membiarkan masuk dalam jebakan politik, sehingga negara menjadi tidak aman dan pembangunan tidak berjalan maksimal.

“Jadi yang kita perlukan sekarang baru, adalah kesadaran baru di elite politik kita agar menciptakan perdamaian secara politik, sehingga tidak mengganggu pembangunan,” katanya.

Selain itu, lanjutnya, hal lain yang perlu dicontoh dari China adalah mereka melakukan proses pembelanjaran sistemik. Dimana para elite-nya diminta menguasai politik dengan menjadi murid untuk mendengar dosen-dosen yang disediakan pemerintahnya.

“Mereka juga mengirim banyak orang ke luar negeri. Hasilnya bisa kita lihat sekarang, China berhasil melakukan lompatan besar ke depan. Dan saya kira Pak Prabowo sekarang, memiliki leadership secara domestik dan global bisa mengubah Indonesia menjadi negara maju melalui berbagai terobosannya,” tegas Mahfuz.

Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok 2005-2009 Mayor Jenderal TNI (Purn) J Sudrajat mengatakan, China berhasil mengubah haluannya dalam kurun waktu 20-30 tahun dengan melakukan reformasi negaranya.

“China sekarang menjadi kapal besar, lokomotif dunia. Mereka bisa bangkit, karena berhasil menciptakan stabilitas politik di negaranya,” kata Sudrajat. 

Sehingga China bisa fokus melakukan pembangunan nasionalnya, dalam jangka pendek, menengah dan panjang. 

“Tahun 80-an China sudah mengirimkan siswanya ke luar negeri hampir 350 ribu orang. China sadar betul, bahwa pendidikan menjadi dasar dan modal pembangunan nasional mereka,” katanya.

Sementara mantan Duta Besar Indonesia untuk Fiji periode 2002-2005 Albert Matondang menambahkan, China melakukan reformasi besar-besaran dan mengirimkan pelajarnya untuk belajar di Eropa dan Amerika Serikat.

“China sekarang melakukan kemajuan luar biasa dan bisa membangun sekolah-sekolah dan universitas-universitas unggulan. Saya kira hubungan kita dengan China perlu ditingkatkan, tetapi perlu diseimbangkan hubungan kita dengan Korea Selatan dan Jepang,” kata Albert.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER