Jumat, 31 Januari, 2025

Prof Rokhmin Tekankan Imtak dan Dukung Blue Economy di Indramayu

MONITOR, Jabar – Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDIP, Prof. Rokhmin Dahuri, menjadi salah satu pembicara utama di seminar nasional yang di selenggarakan oleh Ikatan Keluarga Alumni Universitas Wiralodra dengan tema tata kelola pemerintahan daerah dalam bingkai otonomi daerah pasca pilkada untuk mewujudkan good government and clean government di era digitalisasi pada Kamis, 30/1/25.

Acara seminar ini dihadiri, H. Deddi Mulyadi, SH., MM (Gubernur Provinsi Jawa Barat Terpilih),  Dr. Fahri Bachmid, M.H  (Pakar Hukum Tata Negara), Alfiansyah Bustomi Komeng (Anggota DPD RI) dan Lucky Hakim, S.E (Bupati Indramayu Terpilih).

Dalam kesempatan itu, Prof. Rokhmin Dahuri membahas beberapa topik penting terkait tata kelola pemerintahan daerah, terutama tentang bagaimana Kabupaten Indramayu dan Provinsi Jawa Barat dapat membangun wilayah mereka untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan dan berimbang.

“Dengan landasan yang kuat, suatu wilayah akan mampu melangkah lebih jauh menuju kemajuan yang lebih baik,” ujarnya.

- Advertisement -

Anggota Komisi IV DPR RI itu menekankan pentingnya imtak yang kokoh bagi pemimpin daerah atau negara. Menurut beliau, pemimpin yang tidak memiliki imtak yang kuat cenderung tidak menjalankan tugasnya dengan jujur dan bertanggung jawab, serta lebih fokus pada pencitraan daripada pelayanan yang sebenarnya kepada masyarakat.

Dengan demikian, pemimpin yang memiliki imtak yang kuat diharapkan dapat membawa perubahan positif dan pembangunan yang berkelanjutan bagi wilayah yang dipimpinnya.

“Perhatikan orang yang tidak percaya hari akhirat tercermin tidak shalat, pembohong, munafik. Maka pemimpin daerah atau negara yang tidak punya imtak yang kokoh pasti munafik dan kerjanya pencitraan,” tegasnya.

Guru Besar IPB University berharap Kabupaten Indramayu dan Provinsi Jawa Barat dapat mencapai pembangunan yang inklusif, berkelanjutan, dan berdampak positif bagi masyarakat.

Prof. Rokhmin memaparkan, pentingnya Blue Economy (Ekonomi Biru) dan Green Economy (Ekonomi Hijau),  Digital Economy (Industry 4.0), dan Pancasila, dalam pembangunan sektor-sektor seperti industri, pertanian, kelautan perikanan, dan pariwisata agar ramah lingkungan.

Blue Economy mencakup pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, sementara Green Economy berfokus pada pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

“Dengan menerapkan konsep-konsep ini, diharapkan dapat menciptakan pembangunan yang tidak hanya berkelanjutan tetapi juga adil dan makmur,” ujar Prof. Rokhmin Dahuri.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER