MONITOR, Jakarta – Anggota DPR RI Rachel Maryam menyambut baik dengan cukup banyaknya tokoh perempuan dalam kabinet pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto. Rachel menganggap tokoh perempuan yang akan masuk ke kabinet pemerintahan dapat menjadi wujud representasi gender yang inklusif.
“Kehadiran tokoh-tokoh perempuan calon menteri dan wakil menteri ini menunjukkan langkah positif menuju representasi gender dalam kabinet. Tentunya kami di DPR menyambut hangat para calon menteri dan jajaran kabinet dari kelompok perempuan yang nantinya akan menjadi mitra kerja kami,” kata Rachel, Jumat (18/10/2024).
Ada belasan tokoh perempuan yang telah dipanggil Prabowo untuk membantunya bekerja pada periode pemerintahan ke depan. Sebagian disebut ada yang diproyeksikan sebagai calon menteri, calon wakil menteri, hingga kepala badan.
Mereka yang digadang-gadang akan masuk di Kabinet Prabowo ialah Sri Mulyani Indrawati, yang sudah berpengalaman di bidang keuangan, menjabat sebagai Menteri Keuangan sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan kembali di kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia dikenal sebagai ekonom andal dengan reputasi internasional.
Kemudian ada juga Veronica Tan, mantan istri Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang sekarang aktif dalam komunitas Tionghoa dan memiliki pengalaman di sektor bisnis. Ada pula Widiyanti Putri Wardhana yang merupakan seorang pengusaha, serta Arifatul Choiri Fauzi, Sekretaris Umum PP Muslimat NU dan aktif di MUI.
Selain itu ada Meutya Hafid, mantan jurnalis yang juga Anggota DPR RI dan menjabat sebagai Ketua Komisi I DPR pada periode 2019-2024. Lalu Ribka Haluk yang kini merupakan Pj Gubernur Papua dengan pengalaman di pemerintahan daerah.
Di samping itu, Prabowo turut memanggil Christina Aryani, politisi yang juga memiliki karier profesional sebagai penasihat hukum, dosen fakultas hukum, dan direktur eksekutif di berbagai perusahaan swasta. Lalu Isyana Bagoes Oka, Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dan Diana Kusumastuti yang merupakan Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR.
Dua tokoh perempuan terakhir yang disebut akan bergabung pada kabinet Prabowo adalah Stella Christie, seorang Profesor dari Universitas Tsinghua China dan Dyah Roro Esti, politisi yang merupakan anggota DPR periode 2019-2024.
Rachel menilai, keputusan Presiden Terpilih Prabowo Subianto untuk melibatkan lebih banyak perempuan di kabinetnya sejalan dengan peningkatan jumlah anggota perempuan DPR periode 2024-2029.
“Semakin banyak perempuan di kursi eksekutif dan legislatif dapat meningkatkan kebijakan yang lebih representatif gender, artinya dukungan untuk kepentingan perempuan semakin besar,” tutur Legislator dari dapil Jawa Barat II itu.
Berdasarkan laporan Centre for Strategic and International Studies (CSIS), perolehan kursi perempuan di DPR periode 2024–2029 menjadi yang tertinggi dalam sejarah hasil Pemilu. Pada Pemilu 1999, anggota DPR perempuan hanya berjumlah 8,2%. Lalu di Pemilu 2004 ada di angka 11,5 persen.
Selanjutnya pada Pemilu 2009, anggota perempuan DPR berjumlah 18%, Pemilu 2014 turun di angka 17,3%, Pemilu 2019 anggota DPR perempuan ada 20,5%, dan untuk Pemilu 2024 angkanya naik menjadi 21,9% atau ada 127 anggota dewan perempuan dari total 558 anggota DPR periode 2024-2029.
“Tentunya kita berharap peningkatan jumlah anggota perempuan pada periode ini bisa memaksimalkan kerja-kerja DPR, khususnya untuk menunjang kepentingan perempuan,” ucap Rachel.
“Harapannya, produk legislasi, anggaran, dan pengawasan yang dilakukan DPR juga bisa lebih banyak untuk mengawal aspirasi perempuan Indonesia,” sambungnya.
Rachel mengatakan, kerja sama perempuan pada lembaga eksekutif dan legislatif dapat mendukung upaya perlindungan dan pemberdayaan terhadap perempuan. Apalagi tantangan yang dihadapi perempuan di era kemajuan zaman ini semakin besar.
“Membuat suara perempuan didengar itu tidak mudah, apalagi masih banyak pemikiran patriarki di Indonesia. Maka semakin banyak Srikandi yang berjuang, goals yang didapat juga akan semakin banyak dan cepat,” ujar Rachel.
“Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa suara perempuan didengar dan diperjuangkan secara efektif. Proporsi perempuan masih perlu ditingkatkan untuk mencerminkan keberagaman populasi Indonesia secara keseluruhan,” tambahnya.
Menurut Rachel, perempuan yang ada dalam posisi strategis atau pengambil keputusan dalam kebijakan harus mampu membawa perubahan nyata. Kebijakan yang diambil juga perlu mempertimbangkan kaum perempuan dan kelompok rentan lainnya.
“Perempuan dapat mengembangkan program-program yang mendukung pemberdayaan perempuan. Memastikan akses pendidikan dan kesehatan yang lebih baik bagi semua lapisan masyarakat,” ungkap Rachel.
“Tidak hanya mengisi posisi secara simbolis tetapi juga mampu membawa perubahan nyata dalam kebijakan yang berpihak pada kaum perempuan dan kelompok rentan lainnya,” imbuhnya.
Meski keterwakilan perempuan di DPR sendiri sebetulnya masih harus diperjuangkan lagi, Rachel menilai peningkatan jumlah anggota dewan perempuan dapat semakin menambah perjuangan bagi seluruh perempuan di Indonesia.
“Perempuan jadi bisa berkontribusi pada pembuatan kebijakan yang inklusif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat, terutama pada isu perempuan dan anak yang saling melekat,” ungkap Rachel.
“Maka bertambahnya peran perempuan di DPR, dan juga di pemerintahan pada kabinet Pak Prabowo nanti pastinya akan berkontribusi positif bagi setiap perempuan yang ada di Indonesia,” pungkasnya.