MONITOR, Depok – Sudah jadi rahasia umum, progres pembangunan di Kota Depok cukup memprihatinkan. Terlebih terkait pembangunan manusia. Betapa tidak, merujuk data Kemenag Kota Depok menyebutkan 20.000 anak lulus Sekolah Dasar (SD) tidak bisa baca Alquran.
“Ketika tahu data itu, saya langsung mengelus dada. Sungguh memprihatinkan,” ungkap Anggota DPRD Kota Depok dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Siswanto, Sabtu (5/10).
Siswanto menganggap bahwa ini kegagalan pemerintah Kota Depok yang tidak bisa ditoleransi. Sebab, bagi masyarakat khususnya muslim bisa baca Alquran wajib. “Ya, ini fardhu ain. Anak orang Islam harus bisa baca Alquran. Karena ini berkaitan dengan ibadah orang muslim,” ujarnya.
Lebih lanjut diungkapkan, ada beberapa penyebab anak usia dini di Kota Depok tidak dapat pembelajaran baca Alquran. Salah satunya, Pemkot Depok lalai dalam memfasilitasi proses pendidikan agama.
“Ketika saya turun ke rumah-rumah belajar baca huruf hijaiyah, ustadz atau ustadzah banyak yang tidak diberi insentif. Alhasil, proses belajar mengajar pun terkesan ala kadarnya,” ungkap Ketua Fraksi PKB DPRD Kota Depok ini.
Siswanto juga mengaku salut dengan semangat para guru ngaji. Kendati tidak mendapat insentif mereka tetap berusaha mengajar. “Saya salut (guru ngaji) mereka punya prinsip lillahi ta,’ala,” tuturnya.
Oleh karenanya, lanjut Siswanto, Pemkot Depok harus memberi perhatian khusus kepada para guru ngaji. Sebab, mereka merupakan ujung tombak dalam memberikan pendidikan agama buat anak-anak warga Kota Depok.
“Kami (PKB) akan bersungguh-sungguh memperjuangkan insentif guru ngaji. Kalau Pemkot bisa memberi insentif untuk Ketua RT dan Ketua RW, kenapa guru ngaji tidak bisa,” pungkasnya.