Minggu, 24 November, 2024

Kementan Lakukan Deteksi Dini Belalang Kembara di Pulau Sumba

MONITOR, Sumba – Kementerian Pertanian terus bahu membahu bersama Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Pemerintah Kabupaten dalam memerangi hama belalang yang mengancam ketahanan pangan di wilayah Sumba. Berbagai bantuan juga telah diserahkan, seperti sarana pengendalian, alat pengendalian, dan operasional pengendalian.

Pada (22/6/2022), Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan melakukan monitoring dan evaluasi kondisi belalang kembara di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) dan Sumba Timur. Kehadiran belalang kembara diketahui kembali terjadi sejak tahun 2019 dan sampai saat ini masih ditemukan di Kabupaten Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Barat Daya.

Populasi belalang kembara di Indonesia sampai saat ini dilaporkan hanya berada di Pulau Sumba. Kondisi Pulau Sumba yang banyak terdapat padang rumput (savana), kondisi lahan berbatu dan banyak sekali bukit serta lembah yang curam, maka mungkin bisa dikatakan ini adalah lingkungan yang sangat disukai belalang kembara. Ditambah lagi dengan iklim yang cenderung kering atau sedikit hujan juga turut mendukung perkembangan hama ini.

Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Mohammad Takdir Mulyadi, menuturkan pengendalian belalang kembara di Sumba harus dilakukan dengan berbagai tahapan, mulai dari jangka pendek, menengah dan panjang. “ Sejak Januari 2022, total sudah 12 ton belalang tangkapan dan petani diberi kompensasi Rp 5.000/kg belalang. Kedepan perlu dikaji, diuji metode pengendalian belalang secara biologis, musuh alami, bahan nabati dan sejenisnya”, ungkap Takdir.

- Advertisement -

“Kita bagi penanganan ini menjadi jangka pendek dengan gerdal mekanik dan kimia yang masih kita lakukan sampai saat ini. Kemudian jangka menengah dan jangka panjang dengan mengutamakan pengendalian ramah lingkungan dan rekayasa ekosistem. Ini masih kita susun, kita bahas dan evaluasi terus bersama para pakar,” sambung Takdir.

Takdir juga mengatakan Saat ini Ditlin TP masih berupaya untuk mengembangkan agensi pengendali hayati yang diperoleh melalui kegiatan eksplorasi April lalu. “ Kami sudah melakukan eksplorasi potensi agens pengendali hayati untuk mengendalikan belalang kembara secara hayati. Kami sudah menurunkan tim untuk mengambil belalang yang diduga mati karena jamur atau bakteri kemudian kami murnikan. Sekarang masih dalam tahap pengujian. Jika hasilnya bagus maka kami siap memperbanyaknya,” lanjut Takdir.

Gandi Purnama Koordinator Substansi Pengendalian OPT menyampaikan bahwa Serangan terakhir belalang kembara itu sekitar tahun 2004/2005 kemudian mulai muncul kembali di tahun 2019. Serangannya meningkat di tahun 2020 sampai sekarang sehingga penyebarannya sudah hampir di seluruh Pulau Sumba.Populasi di Sumba Barat Daya secara umum masih pada tahap penetasan yaitu nimfa instar satu atau dua.

“Kondisi cuaca dalam beberapa pekan ini, dimana setiap hari masih ada hujan turut memacu penetasan telur belalang kembara yang sudah diletakkan pada bulan Mei lalu” ucap Gandi

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian mengatakan Adimada menerangkan Belalang kembara memiliki dua fase yaitu fase soliter dan gregarius. Di saat soliter, kehadiran belalang kembara tidak menjadi masalah karena jumlahnya masih sedikit. Namun memasuki fase gregarius, belalang kembara menjadi ancaman serius karena belalang menjadi rakus, bahkan tidak jarang mereka menjadi kanibal manakala sumber makanan sudah tidak mencukupi. Di saat itulah mereka akan melakukan migrasi mencari makanan di tempat-tempat lain. Makanan favorit belalang kembara terutama tanaman dari jenis graminae seperti rumput, bambu, padi, jagung dan lain sebagainya.

“Musim tanam ini kebetulan di Sumba Barat Daya ada kemitraan juga untuk jagung dengan perusahaan swasta dan harganya bagus. Musim lalu semua hasil produksi jagung dilepas semua dan musim ini petani kembali banyak menanam jagung dengan harapan dapat kembali dijual dengan harga tinggi. Dengan adanya belalang ini membuat petani khawatir sehingga kami terus melakukan pengendalian,” jelas Adimada

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Barat Daya, Rofinus Kaleka, menyebutkan bahwa belalang kembara di daerahnya merupakan migrasi dari Sumba Tengah dan Sumba Timur. Hari ini akan dilaksanakan pengendalian di beberapa titik yang dilaporkan banyak penetasan. Ada 3 tim yang akan bergerak ke lapangan untuk menyemprot belalang yang baru menetas. “Sebanyak 8 kecamatan terserang belalang. Sekarang banyak penetasan, banyak bermunculan belalang muda yang masih hitam di lahan pertanaman masyarakat. Sampai saat ini kami terus melakukan pengendalian, bahkan masyarakat juga turun langsung menyemprot di lahannya secara swadaya,” terang Rofinus.

Selain di Sumba Barat Daya, juga dilakukan monitoring ke daerah Sumba Timur. Beberapa keterangan menyebutkan bahwa sumber awal belalang kembara adalah di Sumba Timur. Kondisi lahan di Sumba Timur paling luas diantara kabupaten lainnya dan didominasi oleh padang rumput (savana) sehingga menjadi lokasi ideal bagi belalang kembara untuk berkembang biak. Hasil monitoring dan evaluasi hasil pengendalian belalang kembara di Sumba Timur populasinya cukup banyak seperti halnya yang ditemukan di lokasi lahan sorghum di Kecamatan Pandawai.

Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, mendukung dan mengapresiasi upaya yang sudah dilakukan jajaran pertanian mulai dari pusat sampai tingkat daerah (lapangan) untuk penanganan hama belalang di Sumba.Hama penyakit harus dapat kita tangani karena dapat menjadi salah satu faktor penurunan produksi. Tentunya ini juga selaras dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengenai upaya-upaya Kementerian Pertanian untuk menjadi negara yang mampu swasembada pangan. Program-program Kementan untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia terus diterapkan dan salah satunya adalah penanganan hama dan penyakit.

“Saya instruksikan agar seluruh jajaran perlindungan terus mengawal dan mengendalikan hama belalang kembara di Sumba. Lakukan teknik-teknik pengendalian yang ramah lingkungan dan jangan ragu untuk menggunakan kimia apabila sudah terjadi ledakan populasi” tutup Suwandi.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER