MONITOR, Jakarta – Upaya pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) dalam memenuhi pasokan jagung dari petani bagi peternak telah tersalurkan hingga sampai ke kandang. Tak heran, berbagai peternak di berbagai daerah memberikan apresiasi karena pasokan jagung untuk bahan pakan ternak terpenuhi karena terbantu di tengah masa pandemi covid 19 yang serba kesulitan.
Oleh karena itu, Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prima Gandhi turut angkat bicara menyoal polemik yang dibuat peternak Blitar baru-baru yang menolak jagung petani dengan alasan kadar air yang tak sesuai padahal itu hanya sebagain kecil dan sudah sesuai kontrak di awal. Padahal ketidaksesuaian kadar air jagung dalam jumlah yang kecil saat transaksi jual beli itu wajar-wajar saja terjadi.
“Yang terpenting adalah kesepakatan diantara penjual dan pembelinya mau dibayar sesuai kadar airnya atau dikembalikan sejumlah yang tidak sesuai atau diganti dengan yang sesuai. Ini peternak benar-benar sudah dibantu pemerintah mencarikan pasokan jagung dan dibantu biaya kirim hingga kandang. Jadi peternak Blitar harusnya berbenah diri dan jaga kondusifitas jangan membuat ricuh,” demikian dikatakan Dosen Program Studi Manajemen Agribisnis Sekolah Vokasi IPB Prima Gandhi di Bogor, Minggu (3/10/2021).
Buktinya, lanjut Prima Gandhi, peternak di daerah lain seperti Sumbar, Bali, Sulsel, Kalsel, Jabar, Jateng semuanya merasa anteng, tenang dan baik-baik saja menerima pasokan jagung dari petani apalagi sudah sesuai kontrak perjanjian jual beli sejak awal. Sebab dengan kondisi yang berat dan tidak mudah di saat pandemi covid 19 ini mendapatkan pasokan jagung untuk keberlanjutan usaha ternak ayam.
“Jadi masalah peternak Blitar bak sinetron berseri, panggung publik dan selalu ada kurangnya. Padahal di lokasi lain relatif tidak ada polemik seperti ini,” ujarnya.
“Mari kita saling memperbaiki diri dan menciptakan suasana yang cool, adem, damai, nggak riweh-riweh. Perhatian kepada peternak Blitar itu sangat luar biasa. Setiap tahun peternak Blitar selalu mengeluh dan pemerintah pun sangat cepat memberikan respon dan solusi nyata,” pinta pria yang akrab disapa Gandhi.
Lebih lanjut Prima Gandhi meminta dengan tegas agar peternak Blitar dapat berbenah diri agar dapat mendukung secara fair perkembangan perekonomian rakyat, utamanya di masa pandemi corona ini. Mengapa demikian? hal ini tak hanya berdampak pada usaha peternakan ayam, namun juga perekonomian secara umumnya karena kericuhan yang ditimbulkan peternak Blitar turut menyita perhatian dan energi publik habis-habisan.
“Karena itu, jika jagung yang diterima tidak sesuai kenapa juga baru dibicarakan diakhir padahal sudah ada kontrak jual belinya. Jagung kan sudah dikirim hingga ke kandang-kandang, jadi tidak baik berkomentar negatif diakhir sampai membuat ricuh di media. Mari jaga kondusifitas,” tandasnya.
Sebelumnya Ketua Pinsar Petelur Nasional, Yudianto Yosgiarso, mengatakan beberapa jagung ada yang basah sehingga petenak takut ambil. Bahkan ia menyebut banyak yang memiliki kadar air 25-29%. Sementara standar kadar air jagung layak untuk pakan ayam hanya 15%.
Namun demikian hal ini pun mendapat bantahan dari peternak lainnya. Misalnya, Ketua Koperasi Peternak Putera Blitar mengklarifikasi bahwa dari kiriman jagung 350 ton ke Blitar memang ada yang basah, namun itu pun proporsinya sangat sedikit. Ini tentunya sangat wajar dalam perdagangan jagung, apalagi mulai musim hujan dan kapasitas pengering yang belum cukup tentu peternak Blitar sangat memakluminya jika ada beberapa yang masih basah.
“Kami dapat 30 ton dari PT seger, sekitar 20 ton dari Bojonegoro dan sekitar 294 ton dari Tuban. Nah dari Tuban ini memang kita kembalikan 4 ton karena kadar air diatas 20 persen, 1 ton lagi tidak saya kembalikan tetapi saya ambil lagi dari peternak penerima saya jemur karena kadar air diatas 20 persen. Dan ini tidak masalah kok bagi saya dan peternak lainnya di Blitar. Ya ini wajar,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Koperasi Peternak Kendal, Suwardi menyebutkan pengiriman jagung ke Kendal sebanyak 300 ton sudah diterima dan terdistribusi semua. Untuk peternak di Kendal tidak ada masalah dengan kondisi jagung kadar airnya diterima karena sudah sesuai.
“Jagungnya ini diambil langsung oleh koperasi ke Tuban, Grobogan dan petani lokal. Tidak ada masalah. Alhamdulillah sudah habis dan sudah dimanfaatkan semua oleh petani,” ujar Suwardi.
Hal senada dikatakan Ketua Koperasi Peternak Lampung, Jenny. Ia menyebutkan dari 200 ton jagung bantuan pemerintah sudah clear semua sesuai kriteria termasuk juga kadar airnya.
“Sudah beres semua yang kiriman dari gapoktan-gapoktan semua, sudah terdistribusi dipakai, terima kasih atas gerak cepat pemerintah membantu peternak,” ujarnya.