Jumat, 22 November, 2024

Penggunaan Teknologi Tepat Sasaran Jadi Kunci Pemerataan dan Peningkatan Kualitas Pendidikan

MONITOR, Jakarta – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menekankan pentingnya peran teknologi yang tepat sasaran dalam memastikan berjalannya layanan pendidikan bagi anak-anak di masa pandemi Covid-19.

Untuk pertama kalinya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengembangkan platform pendidikan tingkat nasional yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan murid di seluruh Indonesia untuk saling berinteraksi, belajar, dan berbagi.

“Syaratnya adalah teknologi harus dimanfaatkan secara tepat sasaran dan cakap. Tepat sasaran berarti dapat secara langsung mengatasi tantangan yang ada dalam sistem pendidikan kita. Salah satunya adalah kualitas pembelajaran dan akses terhadap pendidikan berkualitas,” terang Mendikbudristek dalam sambutan virtualnya dalam kegiatan peluncuran “Indonesia Makin Cakap Digital” di Jakarta, Kamis (20/5).

Meski begitu, menurut Nadiem, tantangan lain yang masih dihadapi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan berasal dari sisi administrasi. Di mana guru dan kepala sekolah tidak bisa memberikan pelayanan pendidikan yang memprioritaskan kebutuhan pelajar karena masih disibukkan dengan pemenuhan administrasi kinerjanya.

- Advertisement -

“Dalam hal ini, teknologi perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja-kerja administratif, sehingga guru dan kepala sekolah bisa memfokuskan perhatian dan tenaganya untuk memenuhi kebutuhan pelajar, terutama dengan personalized learning untuk memastikan setiap anak berkembang sesuai minat dan kemampuannya,” terang Mendikbudristek.

Sementara itu, pada sesi jumpa pers, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G. Plate mengingatkan bahwa pembangunan infrastruktur transformasi digital saja tidak cukup. Melainkan juga harus didukung oleh kesediaan talenta digital yang memadai.

Oleh karena itu, Kemenkominfo menggagas berbagai pelatihan digital untuk menciptakan generasi bertalenta digital di Indonesia. Adapun pelatihan digital ini akan dilakukan dalam tiga tingkatan. Tingkatan yang paling dasar disebut Gerakan Nasional Literasi Digital dengan melibatkan sebanyak mungkin masyarakat. Program ini bekerja sama dengan Siberkreasi di mana tahun ini akan melibatkan 12,4 juta lebih masyarakat melalui 20.000 kegiatan.

“Karena kegiatan ini melibatkan rakyat dengan jumlah yang besar dan menjangkau seluruh tanah air, maka dibutuhkan kerja sama secara hirarki, baik dari pemerintah pusat kementerian dan lembaga maupun dengan pemerintah daerah. Kita harapkan ini dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan setiap tahun,” ujar Johnny.

Di tingkat menengah, Kemenkominfo menyiapkan 100.000 pelatihan digital setiap tahunnya bagi anak-anak milenial yang berijazah SMA dan sarjana. Hal ini untuk mengisi kebutuhan kecapakan digital tingkat menengah.

“Karena Indonesia membutuhkan sekitar 9 juta digital talent di tingkat menengah,” lanjut Johnny.

Turut hadir di kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Iwan Syahril menekankan kembali bahwa kemampuan literasi digital sangat penting dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0. Selama pandemi Covid-19, tanpa disadari masyarakat Indonesia semakin terbuka dengan dunia digital dalam melakuakn aktivitas sehari-hari. Dalam filosofi Merdeka Belajar, transformasi pendidikan merupakan sebuah gerakan bersama atau gerakan nasional.

“Sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pak Presiden, kita harus mengemban asas gotong royong, tidak hanya kolaborasi, tetapi ada rasa empati, solidaritas, dan gerakan bersama. Ini merupakan sebuah keunikan dari bangsa Indonesia, dan dengan inilah kita ingin melakukan transformasi termasuk dalam bidang pendidikan,” ungkap Iwan.

Dirjen GTK menambahkan bahwa saat ini Kemendikbudristek telah menyelenggarakan program Pembelajaran Berbasis TIK (PemBATIK) yang dicanangkan untuk guru-guru di seluruh Indonesia. Program ini diharapkan mampu menambah kompetensi para guru dalam memanfaatkan teknologi dalam proses belajar mengajar.

“(Kompetensi) Guru juga akan kita terus kembangkan, di mana tahun 2020 ada 70.000 peserta dalam program Pembelajaran Berbasis TIK dan insyaallah tahun 2021 targetnya 75.000. Semakin cepat kita bergerak semakin cepat kita maju,” terang Dirjen Iwan.

Lebih lanjut, Iwan menambahkan bahwa empat pilar literasi digital yang dicanangkan Kemenkominfo sangat relevan dengan arah pengembangan paradigma pembelajaran yang sedang dilakukan Kemendikbudristek. Tidak hanya aspek keamanan digital dan keterampilan digital saja, tetapi juga memuat etika digital dan budaya digital dalam pilar literasi digital yang akan menjadi panduan kementerian dan lembaga lainnya.

Dicontohkan Iwan Syahril, dalam Merdeka Belajar episode pertama yang menggantikan Ujian Nasional menjadi Asesmen Nasional yang menitikberatkan kepada penguatan literasi, numerasi, dan survei karakter pelajar Indonesia.

“Kemampuan softskill ini adalah kunci. Empat pilar tadi selain skill, tetapi juga ada safety dan ethics. Dan penekanan pada ethics sangat luar biasa pentingnya,” ujarnya.

“Pembelajaran literasi digital tidak hanya mengutamakan keterampilan, tetapi harus diikuti dengan etika. Sehingga budayanya itu menjadi budaya yang positif,” imbuh Dirjen GTK.

Aktor Nicholas Saputra yang turut memeriahkan acara peluncuran berharap bahwa dengan modul literasi digital, Indonesia bisa mengejar ketertinggalan terkait hal-hal yang berkaitan dengan etika, keamanan, dan lainnya.

“Ini adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dan penting untuk kita pelajari,” katanya.

Sementara itu, dosen yang tergabung dalam Jaringan Pegiat Literasi Digital, Frid Kusumatuti mengutarakan bahwa saat ini semua orang harus terbuka dengan digital atau memiliki kompetensi digital. Oleh karena itu, Gerakan Literasi Digital yang dilakukan Kemenkominfo harus senantiasa didukung untuk membuat masyarakat melek digital.

Ketua Umum Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Yosi Mokalu yang sekaligus konten kreator mengatakan bahwa semakin orang cakap digital, maka dia bisa beradaptasi dengan perekonomian yang juga semakin digital.

“Yang tadinya hanya mengandalkan cara konvesional, sekarang sudah bisa mengikuti persaingan. Saya rasa dimensi ini (digitalisasi) cukup memberikan kontribusi di setiap bidang,” ujarnya.

Di antara para peserta program literasi digital, yaitu Harisa Ninda dan Yasef, mengaku banyak mendapatkan insight baru dari program ini. Seperti menambah wawasan tentang etika warganetizan, serta digital parenting dalam mengikuti program literasi digital.

“Pembelajaran ini tidak kita dapatkan selama sekolah maupun kuliah,” tutur Harisa.

Untuk diketahui, Kemenkominfo bersama mitra jejaring Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi telah menyusun Peta Jalan Literasi Digital tahun 2021- 2024. Tujuannya untuk meningkatkan partisipasi digital masyarakat, mendorong pengembangan ilmu pengetahuan masyarakat di bidang TIK dan digital, serta mendorong tingkat kecakapan transformasi digital dalam pemanfaatan teknologi baru.

Di dalam Peta Jalan Literasi Digital tersebut terdapat empat kerangka dalam menyusun kurikulum literasi digital, yaitu Digital Skills, Digital Ethics, Digital Safety, dan Digital Culture. Selain itu juga terdapat tiga kerangka program literasi digital yang disusun untuk materi dan topik kurikulum yang akan diajarkan kepada masyarakat, yaitu Digital Society, Digital Economy, dan Digital Government.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER