MONITOR, Jakarta – Pandemi Covid-19 yang menyerang bangsa ini, memberi tekanan yang cukup berat bagi dunia perbankan. Hal itu juga yang dirasakan oleh Bank DKI yang notabane sebagi bank plat merah milik Pemprov DKI.
Direktur Utama Bank DKI, Zainuddin Mappa mengakui kalau pandemi Covid-19 memberikan tekanan yang cukup berat bagi perbankan, khususnya disisi risiko kredit.
Namun demikian, Bank DKI masih dapat mencatatkan kinerja yang baik dan tetap tumbuh dengan ketahanan yang cukup kuat.
Oleh sebab itu, Bank DKI menerapkan berbagai inisiatif dan pengelolaan risiko yang efektif untuk menjaga kualitas aset dan bisnis.
“Penyaluran kredit dan pembiayaan di tahun 2020 juga dilakukan dengan sangat selektif dan memperhatikan prinsip kehati-hatian. Per Desember 2020, rasio NPL Gross tercatat sebesar 2,98% dan berada dibawah rata-rata NPL industri perbankan nasional di tahun 2020 sebesar 3,06%,”ungkapnya kepada awak media.
Selain itu, untuk menjaga kelangsungan bisnis ke depan, Bank DKI juga telah membukukan pencadangan yang cukup untuk mengantisipasi penurunan kualitas kredit imbas dari pandemi Covid-19.
Seiring dengan belum pulihnya permintaan kredit sebagai imbas dari pandemi Covid-19 di sepanjang tahun 2020, memberikan tekanan pada pertumbuhan penyaluran kredit dan pembiayaan, yang terkontraksi minus 4,71% (yoy) menjadi sebesar Rp35,66 triliun.
“Penurunan kredit di sepanjang tahun 2020, dikarenakan Bank DKI mengurangi eksposure kredit yang diberikan kepada bank dimana sebelumnya tahun 2019 mencapai sebesar Rp3 triliun menjadi hanya Rp575 miliar di tahun 2020,”terangnya.
Adapun kredit yang diberikan kepada sektor riil tetap tumbuh sebesar 1,95% dari semula sebesar Rp34,40 triliun di tahun 2019 menjadi sebesar Rp35,08 triliun di tahun 2020.
“Bank DKI menjaga kualitas pertumbuhan kredit dengan fokus meningkatkan kredit pada sektor riil, dengan harapan dapat ikut serta mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya sektor riil agar bisa terus tumbuh selama pandemi”,imbuhnya.
Sementara itu, total aset Bank DKI mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik sebesar Rp63,04 triliun, tumbuh 13,39% dibanding tahun 2019 sebesar Rp55,60 triliun.
Pertumbuhan aset tersebut utamanya didorong oleh pertumbuhan DPK. Dana Pihak Ketiga mengalami peningkatan 31,16%, dari semula tercatat sebesar Rp37,30 triliun menjadi sebesar Rp48,92 triliun di tahun 2020.
Total tabungan Bank DKI per Desember 2020 tercatat sebesar Rp11,07 triliun, tumbuh 5,04% dibanding tahun 2019 sebesar Rp10,54 triliun. Adapun untuk giro per Desember 2020 tercatat sebesar Rp11,17 triliun, tumbuh sebesar 46,84% dibanding tahun 2019 sebesar Rp7,61 triliun sementara untuk Deposito tercatat sebesar Rp26,69 triliun, tumbuh 39,30% dibanding tahun 2019 sebesar Rp19,14 triliun.
Berdasarkan data Rasio Keuangan, per Desember 2020, Rasio Kecukupan Modal (CAR) Bank DKI tercatat sebesar 28,05% mengalami peningkatan sebesar 2,27% dari sebelumnya 25,78%. Selain itu, rasio Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) per Desember 2020 tercatat sebesar 81,99% meningkat 5,98% dari tahun 2019 sebesar 76,01%. Peningkatan tersebut seiring dengan peningkatan beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dalam rangka implementasi PSAK 71 di tahun 2020. Rasio Net Interest Margin (NIM) akhir tahun 2020 tercatat sebesar 5,26%, cenderung menurun dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar 5,44% imbas dari perlambatan pertumbuhan kredit yang terjadi di sepanjang tahun 2020.
Di tahun 2020, laba bersih Bank DKI mengalami kontraksi seiring dengan kondisi pelemahan ekonomi akibat pandemi COVID-19 dan penyisihan pencadangan yang cukup agresif.
Meskipun demikian, Bank DKI masih memiliki ketahanan yang baik dalam membukukan laba bersih yang masih tercatat positif di tahun 2020 sebesar Rp580,6 miliar.