MONITOR, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) bersama pemerintah daerah, Bulog, TNI, Kepolisian dan Komando Strategi Penggilingan (Kostraling) melakukan panen sekaligus serap gabah di Kabupaten Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat. Luas panen padi di Cirebon pada April ini sebesar 18 ribu ha dan Indramayu 34 ribu ha.
“Panen padi dan serap gabah ini untuk mengawal harga gabah petani agar tetap stabil, minimal sesuai HPP (harga pembelian pemerintah) Rp 4.200 perkilogram. Pengawalan panen juga sangat penting untuk menjamin stok beras nasional,” demikian dikatakan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi pada acara panen dan serap gabah di Kecamatan Susukan, Cirebon, Rabu (7/4/2021).
Suwandi menyebutkan Kementan bersama pemerintah daerah dan mitra yakni Bulog, penggilingan yang tergabung dalam Komando Strategi Penggilingan (Kostraling) dan Perpadi telah menargetkan serap gabah petani di Cirebon 42.620 ton gabah kering giling (GKG) dan Indramayu 35.764 ton GKG pada panen April-Mei 2021. Penyerapan gabah dilakukan Kostraling yang selanjutnya diserahkan ke Bulog dan serap gabah juga dilakukan langsung Bulog.
“Indramayu adalah produsen beras nomor satu nasional dan Cirebon menempati urutan ke 25, sehingga pengawalan panen dan menjamin harga menjadi prioritas. Sebab ini menyangkut stok beras nasional dan penting juga menjamin kesejahteraan petani. Petani harus mendapatkan keuntungan dari usahatani padi,” terangnya.
“Kami di Kementan tentu membantu petani bagaimana menghasilkan beras berkualitas dan membantu para penggilingan melalui Kostraling meningkatkan kualitas beras. Dengan demikian, serap gabah petani berjalan sesuai harapan, gabah petani tak ada kendala untuk dibeli Bulog dan pihak lainnya dengan harga menguntungkan,” sambung Suwandi.
Sadikin, Ketua Poktan Sri Ganggong, Desa Jatianom-Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon yang turut hadir pada panen dan serap gabah ini menuturkan panen padi saat ini tidak mengalami kesulitan dan gabah yang dihasilkan pun terjamin kualitasnya karena menggunakan alat dan mesin pertanian (alsintan) seperti combine harvester. Harga panen pun sangat terbantu dengan hadirnya tim Gerakan Serap Gabah Petani (GSGP).
“Produksi padi kami cukup tinggi, capai 8 sampai 9 ton perhektar. Ini hanya menggunakan benih 5 kilogram perhektar, umur semai 20 sampai 24 hari,” ucapnya.
“Jaman orang tua dulu memang 20 sampai 25 kg per hektar, tetapi setelah masuknya petani muda dan inovasi pertanian,” jelas Sadikin,” imbuh Sadikin ketua kelompok tani yang memimpin anggotanya sebanyak 60 petani dengan total lahan padi 43 hektar.
Usai panen dan serap gabah di Cirebon, Dirjen Tanaman Pangan dan Tim GSGP pun melakukan panen dan serap gabah di Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu sebesar 1.500 ton gabah dan target dua bulan ke depan se Indramayu 35.764 ton GKG. Hasil panen ini siap diserap Bulog dengan harga minimal HPP dan bahkan di atas HPP untuk gabah yang kualitasnya bagus sesuia standar kadar air ditentukan Bulog.
“Alhamdulillah, gabah kering panen milik petani dibeli Bulog Rp 4.200 dan gabah kering gilingnya Rp 5.300 perkilogram,” ungkapnya.
“Usai panen ini, petani kita dorong dan bantu melakukan penanaman musim tanam kedua. Dengan demikian, produksi beras terus melimpah dan petani gembira dengan harga gabah dan berasnya menguntungkan,” imbuh Suwandi.