MONITOR, Jakarta – Direktur Indonesia Government and Parliament (IGPW), M. Huda Prayoga, menilai penyataan terdakwa Irjen Napoleon Bonaparte yang menyeret nama Kabareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo dalam persidangan perkara suap terkait pengurusan red notice Interpol atas nama Joko Soegiarto Tjandra alias Djoko Tjandra, adalah hal yang tidak logis.
“Saya pikir itu kok tidak logis dan cenderung absurd ya, tidak mungkin lah, kan hampir semua masyarakat tahu bahwa kabareskrim yang pimpin langsung penangkapan Djoko Tjandra, kalau kabareskrim terlibat, pasti tidak mungkin dia mau pimpin penangkapan itu,” kata Huda dalam keterangannya, Sabtu (28/11).
“Saya melihat kabareskrim juga sudah menyatakan dengan tegas dan berani ke publik bakal mengusut kasus ini sampai tuntas, saya kira ini bukan statement yang main-main, jadi rasa-rasanya mustahil kabareskrim terlibat,” sambung Huda.
Huda menduga kesaksian mantan Kadiv Hubinter Polri itu ada hubungannya dengan bursa pencalonan kapolri yang saat ini sedang ramai dibahas.
“Saya menduga jangan – jangan kesaksian Irjen Napoleon ini ada yang order, untuk sengaja mendagradasi kabareskrim yang namanya juga ikut masuk salah satu calon TB1,” jelas Huda.
Lebih lanjut, Huda meminta Napoleon mengikuti proses hukum dengan baik dan memberikan kesaksian yang sebenar-benarnya.
“Dia sebaiknya kooperatif dengan kesaksian yang real, bukan malah kesaksian yang terkesan lucu dan tidak masuk akal ya, tentunya agar kasus yang menyita atensi besar publik ini dapat segera terungkap dengan jelas,” tutup Huda.