MONITOR, Jakarta – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) berharap Korea Selatan dan Korea Utara bisa membangun dialog yang produktif saat bertemu dalam ajang The 5th Meeting of Speakers of the Eurasian Countries Parliaments 2020/MSECP (Pertemuan Parlemen Negara-Negara Eurasia ke-5) yang akan diselenggarakan di Jakarta tahun 2020 mendatang.
Hal ini juga sesuai permintaan Korea Selatan yang pada saat pemilihan tuan rumah MSECP tahun lalu meminta Indonesia menjadi fasilitator mengundang Korea Utara dalam pertemuan MSECP 2020.
“Kita tentu sangat berharap hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara bisa berlangsung damai. Sebagaimana diamanahkan dalam pembukaan UUD NRI 1945, Indonesia siap jika memang dibutuhkan menjadi jembatan perdamaian antara Korea Selatan dengan Korea Utara,” kata Bamsoet saat menerima Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, H.E. Mr. Kim Chang-beom, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Senayan, Rabu (20/1).
Dalam pertemuan tersebut, Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini juga mengapresiasi 2.200 perusahaan asal Korea Selatan yang berinvestasi di Indonesia. Perusahaan tersebut bergerak di industri padat karya seperti tekstil dan elektronik, sehingga turut berkontribusi dalam penyerapan satu juta lebih tenaga kerja Indonesia.
“Karena itulah Tim Ekonomi Kabinet Indonesia Maju harus fokus menjaga iklim investasi di Indonesia tetap kondusif. Tak perlu memikirkan tentang politik yang menjadi tugas lembaga legislatif,” sebut dia.
“Tim Ekonomi harus fokus memangkas regulasi perizinan, pajak yang kompetitif, serta membangun kemudahan berusaha agar selain bisa menarik minat investor datang ke Indonesia, juga bisa menjaga para investor yang sudah berinvestasi di Indonesia tak melakukan relokasi ke negara lain,” jelas Bamsoet.
Masih dikatakan Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini mengingatkan Tim Ekonomi Kabinet Indonesia Maju, beberapa waktu lalu Presiden Jokowi dengan tegas menyoroti kekalahan Indonesia dari berbagai negara ASEAN lainnya dalam menarik investor. Disaat 33 perusahaan asing merelokasi bisnisnya dari Tiongkok, tidak ada satupun yang datang ke Indonesia. 23 perusahaan pindah ke Vietnam, 10 lainnya ke Malaysia, Kamboja, dan Thailand.
“Padahal perang dagang Amerika – Tiongkok, selain membuat ekonomi dunia berguncang, juga bisa mendatangkan peluang bagi Indonesia. Sebagaimana yang diterima oleh Malaysia, Kamboja, dan Thailand yang berhasil menarik investor yang merelokasi pabriknya dari Tiongkok.”
“Jangan sampai peluang investasi dari Korea Selatan juga terbuang sia-sia lantaran iklim ekonomi dan rumitnya perizinan serta prosedur yang berbelit,” pungkas Bamsoet.