MONITOR, Sukabumi – Dracena, juga kerap disebut lucky bamboo (bambu hoki) oleh masyarakat keturunan Tionghoa. Namun ternyata tanaman hias tersebut juga telah memberikan “Hoki” bagi petani. Salah satunya Kelompok Tani Alamanda.
Berkat tanaman tersebut, petani mendapatkan keuntungan dari usaha taninya. Bahkan kini bambu hoki telah menembus pasar Asia, Amerika, Eropa dan Timur Tengah.
Adalah Anas Anis yang diamanahkan menjadi penanggung jawab ekspor bambu hoki di Poktan Alamanda mengatakan, kini mampu mengekspor bambu hoki sebanyak 1 kontainer atau sekitar 29 ton/bulan. Bahkan permintaan terhadap tanaman Dracena cukup tinggi.
“Kami mendapat permintaan tiap bulan sebanyak 5 kontainer, tapi cuma bisa memenuhi 1,5 kontainer,” kata Anas disela-sela pelepasan ekspor bambu hoki ke Rusia dan Timur Tengah masing-masing sebanyak 1,3 ton di Sukabumi, Jumat (2/8). Pelepasan eskpor dilakukan Direktur Buah dan Florikultura, Ditjen Hortikultura, Liferdi Lukman bersama Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi.
Anas mengakui, alasan Poktan Alamanda belum mampu memenuhi permintaan ekspor tersebut karena keterbatasan lahan budidaya bambu hoki. Saat ini petani yang tergabung dalam Poktan hanya mengelola lahan seluas 6 hektar (ha). Padahal untuk bisa memenuhi permintaan sebanyak 5 kontainer diperlukan lahan seluas 30 ha.
Artinya menurut Anas, peluang pengembangan bambu hoki dan mengisi pasar ekspor cukup besar. Saat ini total ekspor bambu hoki dari pelaku usaha di Sukabumi sebanyak 35 kontainer/bulan. Dengan jumlah tiap kontainer 250 ribu batang bambu hoki.
Untuk memenuhi permintaan pasar ekspor bambu hoki, Poktan Alamanda sendiri telah bekerjasama dengan petani. Bahkan mengembangkan sistem inti-plasma. Poktan Alamanda sebagai inti dan petani mitra sebagai plasmanya.
Anas makin optimis peluang bambu hoki Indonesia ke pasar mancanegara makin terbuka lebar. Pasalnya, produk dalam negeri memiliki keunggulan dibandingkan dari negara lain seperti Tiongkok, Thailand dan India. Salah satu lebih tahan lama atau tidak cepat layu.
Apalagi lanjut Anas, kini pemerintah memberikan kemudahan bagi pelaku usaha yang akan ekspor. Misalnya, dalam perijinan lebih cepat. Jika sebelumnya bisa sampai 2-3 bulan, sekarang hanya 3 jam. Dengan syarat dokumen telah lengkap.
“Pernah ekspor Dracena kita ke Belanda terhambat, tapi setelah lapor pemerintah langsung direspon cepat. Malam Jumat gangguan, paginya sudah clean,” katanya.
Selain itu ungkap Anas, pemerintah juga telah memberikan banyak bantuan untuk kelompok tani. Misalnya, bimbingan teknis, bantuan green house, packaging house dan mobil operasional. “Semua itu sangat membantu petani melakukan kegiatan usaha,” ujarnya.
Sisi Estetika
Sementara itu Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman mengatakan, sesuai arahan Menteri Pertanian yang terus mendorong peningkatan ekspor komoditas hortikultura, baik sayuran, buah dan florikultura, pihaknya juga mengajak pelaku usaha untuk mengisi pasar ekspor. Khusus komoditas tanaman hias, seperti Dracena, peluang ekspor cukup besar. Sebab, tidak hanya dilihat dari nilainya, tapi juga sisi estetika tanaman hias.
“Potensi ekspor tanaman hias masih terbuka lebar dan sangat menarik. Bukan hanya dari sisi estetika saja, tapi jenisnya cukup banyak, ada lebih dari 100 jenis,” kata Liferdi.
Ekspor bambu hoki saat ini sudah menembus pasar Rusia, Timur Tengah seperti Iran, Dubai dan Arab Saudi. Sedangkan pasar Asia ke Singapura, Malaysia dan India.
Eksportir tanaman hias sekarang meningkat 17 persen. Namun Liferdi menilai, itu saja tidak cukup, karena potensi pasarnya luar biasa. Karena itu, pemerintah akan memberikan kemudahan bagi pelaku usaha yang akan ekspor.
“Kalau ada pelaku usaha yang akan ekspor, kita bentangkan karpet merah. Jadi kita akan support, termasuk dalam kecepatan perijinan. Dulu sampai 8 Minggu, sekarang cukup 3 jam,” katanya.
Untuk mendorong tumbuhnya usaha florikultura, Liferdi mengungkapkan, pemerintah akan mengembangkan kampung Horti. Dengan adanya kampung Horti diharapkan akan memacu pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
“Kampung Horti itu nantinya konsepnya jadi kampung wisata. Orang akan tertarik, kemudian merasakan dan membawa pulang. Dengan demikian perekonomian dan penghasilan kelompok tani akan meningkat,” tuturnya.