MONITOR, Jakarta – Partai Gerindra dinilai membutuhkan regenerasi dalam struktur kepengurusannya, terutama pada posisi ketua umum yang saat ini masih dijabat oleh Prabowo Subianto.
Demikian disampaikan Pengamat politik dari Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti, dalam acara diskusi forum Formappi, di Jakarta Timur, Kamis (11/7).
“Ada baiknya mereka (Gerindra) ikut (regenerasi) agar roda organisasi mereka jalan dalam konteks regenerasi ini kan sudah menumpuk ini. Pak Prabowo juga belum digantikan,” kata Ray.
Ray menyebutkan, regenerasi diperlukan untuk masa depan partai. Setidaknya, sambung dia, generasi selanjutnya sudah harus membangun kepercayaan publik dengan mengenalkan orang baru.
“Soekarno (PDIP) sudah ke Puan Maharani, (Demokrat) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah ke Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) lalu Amien Rais (Partai Amanat Nasional) juga sudah turun ke anak-anaknya,” tutur Ray.
Ia pun berpendapat, jika langkah kader Gerindra yang memaksakan figur Prabowo untuk terus memimpin dinilai salah. Jika seperti itu, sambung dia, maka masyarakat hanya akan mengetahui Prabowo di tubuh Gerindra untuk musim politik 2024 dan seterusnya.
“Ini itu kepentingannya untuk klan politik keluarga Hashim Djojohadikusumo (adik prabowo). Sekarang ini klan Hashim Djojohadikusumo hanya ada di Prabowo. Padahal yang lain klan lain itu sudah turun ke generasi kedua,” ujar Ray.
“Padahal, kalau kepentingan itu mereka mau. Trah Hashim itu harus ikut, karena kadernya sudah ada. Kalau enggak Sarah Djojohadikusumo ya Aryo Djojohadikusumo itu. Itu pentingnya mereka memasukkan trah mereka ke pemerintahan untuk melakukan regenerasi,” pungkas dia.