BISNIS

Industri Ikan Hias Berpotensi Besar Ciptakan Lapangan Kerja dan Kesejahteraan Berkelanjutan

MONITOR, Bogor – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof. Rokhmin Dahuri, menegaskan bahwa industri ikan hias Indonesia memiliki potensi strategis yang sangat besar sebagai sumber penciptaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, pengurangan ketimpangan wilayah, sekaligus pendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

Pernyataan tersebut disampaikan Prof. Rokhmin saat menjadi narasumber dalam Talkshow “Potensi dan Peluang Ikan Hias”, yang digelar dalam rangka mendukung Kontes Ikan Hias Channa “Come Back To Channatourahmi #3”, pada Minggu, 14 Desember 2025, bertempat di Gedung Exhibition Hall Raiser Ikan Hias, Cibinong. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Menurut Prof. Rokhmin, Indonesia memiliki modal ekologis dan ekonomi yang nyaris sempurna untuk mengembangkan industri ikan hias. Indonesia merupakan pusat keanekaragaman ikan hias terbesar di dunia, dengan Potensi Produksi Lestari (Maximum Sustainable Yield/MSY) yang sangat besar, namun tingkat pemanfaatannya masih di bawah 25 persen.

“Ini berarti ruang pertumbuhan industri ikan hias Indonesia masih sangat luas, tanpa harus mengorbankan keberlanjutan sumber daya,” ujar Prof. Rokhmin yang juga Anggota DPR RI tersebut.

Biodiversitas Tinggi, Modal Daya Saing Global

Indonesia tercatat memiliki sekitar 650 spesies ikan hias air laut, dengan lebih dari 480 spesies telah teridentifikasi dan sekitar 200 spesies telah diperdagangkan. Sementara itu, ikan hias air tawar Indonesia mencapai sekitar 400 spesies, dari total ±1.100 spesies ikan hias air tawar dunia. Secara keseluruhan, sekitar 1.600 jenis ikan hias diperdagangkan dari Indonesia, di mana ±750 jenis merupakan ikan hias air tawar.

Keunggulan ini diperkuat oleh keberhasilan Indonesia dalam mendomestikasi berbagai ikan hias impor seperti koi, maskoki, discus, guppy, cardinal tetra, dan black ghost, yang menunjukkan kapasitas teknologi budidaya nasional yang semakin matang.

Industri Padat Karya dan Inklusif

Prof. Rokhmin menekankan bahwa bisnis ikan hias bersifat padat karya dan relatif mudah diadopsi oleh masyarakat. Proses budidaya, pemeliharaan, pengemasan, hingga pengiriman ikan hias tidak memerlukan teknologi yang rumit dan mahal.

“Budidaya ikan hias itu is not a rocket science. Masyarakat Indonesia, terutama di pedesaan, mampu menguasainya dengan cepat. Inilah yang membuat industri ini sangat inklusif dan efektif mengurangi kesenjangan ekonomi,” jelas Menteri Kelautan dan Perikanan era Presiden Gus Dur dan Megawati itu.

Sumber produksi ikan hias, baik dari perairan laut, sungai, danau, maupun rawa, umumnya berada di wilayah pedesaan dan luar Jawa, sehingga pengembangan industri ini dinilai mampu mengurangi disparitas pembangunan antarwilayah.

Pasar Global Tumbuh, Posisi Indonesia Menguat

Dalam konteks global, industri ikan hias merupakan bagian dari industri hewan peliharaan dunia dengan nilai ekonomi mencapai USD 15–30 miliar per tahun. Data perdagangan internasional menunjukkan bahwa impor ikan hias dunia pada 2024 mencapai USD 335,1 juta, dengan tren pertumbuhan jangka panjang yang tetap positif.

Indonesia saat ini menempati posisi sebagai eksportir ikan hias terbesar kedua dunia, dengan pangsa pasar sekitar 12–13 persen. Prof. Rokhmin menilai, meskipun pertumbuhan pasar global tergolong moderat, ekspor ikan hias Indonesia masih menunjukkan tren positif, sehingga peluang untuk memperbesar pangsa pasar global masih terbuka lebar.

Pasar ekspor Indonesia juga dinilai semakin terdiversifikasi. Selain China dan Amerika Serikat sebagai tujuan utama, lebih dari 40 persen nilai ekspor dan sekitar 50 persen volume telah mengalir ke berbagai negara lain, menandakan ketahanan pasar yang semakin kuat.

Produksi Nasional dan Ekspor Terus Bertumbuh

Dalam periode 2020–2024, produksi ikan hias Indonesia relatif stabil di kisaran 1,48–1,59 miliar ekor per tahun, dengan nilai ekonomi antara Rp 6,7–7,7 triliun. Lebih dari 99,9 persen volume dan nilai produksi tersebut berasal dari ikan hias air tawar.

Pada 2024, ekspor ikan hias Indonesia mencapai USD 40,69 juta dengan volume sekitar 1.780 ton, didominasi ikan hias air tawar. Komoditas unggulan antara lain ikan hias air tawar lainnya dan arwana, dengan tujuan utama ekspor China, Amerika Serikat, Jepang, serta negara-negara Eropa yang menunjukkan pertumbuhan signifikan.

Kebijakan Terintegrasi Jadi Kunci

Prof. Rokhmin mengingatkan bahwa keunggulan komparatif tersebut belum sepenuhnya berubah menjadi keunggulan kompetitif. Tantangan utama masih berkisar pada kualitas produk, standardisasi, logistik, sertifikasi kesehatan ikan, serta penguasaan pasar dan merek.

“Tanpa hilirisasi dan penguatan kelembagaan, Indonesia berisiko terus berada di level pemasok, bukan penentu harga dan arah pasar,” ujarnya.

Arah Kebijakan: Dari Potensi ke Kesejahteraan

Dalam pandangan Prof. Rokhmin, pembangunan industri ikan hias harus ditempatkan sebagai bagian dari strategi ekonomi pembangunan nasional. Negara perlu hadir melalui kebijakan terintegrasi, mulai dari riset dan inovasi, penguatan SDM pembudidaya, kemudahan pembiayaan, hingga diplomasi pasar ekspor.

“Jika dikelola dengan visi ekonomi pembangunan dan ekonomi biru, industri ikan hias dapat menjadi pilar baru pertumbuhan ekonomi Indonesia—inklusif, berkelanjutan, dan berbasis keunggulan alam bangsa,” tutur Prof. Rokhmin.

Menutup pemaparannya, Prof. Rokhmin menegaskan bahwa untuk menjadikan industri ikan hias sebagai motor penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan, diperlukan kebijakan pembangunan yang terintegrasi.

“Penguatan riset dan inovasi, peningkatan kualitas SDM pembudidaya, standardisasi dan sertifikasi, hilirisasi, serta promosi global harus berjalan serempak. Ikan hias bukan sekadar hobi, tetapi industri strategis masa depan berbasis sumber daya terbarukan,” pungkasnya.

Recent Posts

Lantik Pengurus Alumni, Fathan Subchi ajak PMII Ciputat jaga Tradisi Intelektual

MONITOR, Jakarta - Ketua Pengurus Besar Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB IKA PMII),…

3 jam yang lalu

Perkuat Program Green Campus, Rektor UIN Jakarta Serahkan Perangkat Sampah Terpadu

MONITOR, Jakarta - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyerahkan perangkat pengelolaan sampah terpadu mandiri sebagai bagian…

6 jam yang lalu

Wamenhaj Tinjau Pemeriksaan Istithaah Kesehatan Calon Haji, Dorong Akselerasi Percepatan

MONITOR, Jakarta - Wakil Menteri Haji dan Umrah RI, Dahnil Anzar Simanjuntak, meninjau proses pemeriksaan…

7 jam yang lalu

Wamenag Siapkan Opsi KBM Daring Penyintas Banjir Jelang Natal

MONITOR, Jakarta - Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafii membuka opsi pembelajaran daring bagi siswa…

10 jam yang lalu

DWP Kemenag Saluran Bantuan untuk Warga Terdampak Banjir Bandung

MONITOR, Jakarta - Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Agama menyalurkan bantuan kepada masyarakat terdampak bencana…

15 jam yang lalu

Soroti Kesejahteraan Cirebon Raya, GPC dan Prof Rokhmin Ajak Pemuda Ambil Peran dalam Pembangunan

MONITOR, Jakarta - Pertemuan antara Ketua Gerakan Pemuda Ciayumajakuning (GPC), Idris Rifandi, SH, dan tokoh…

16 jam yang lalu