PERISTIWA

Kilang Dumai Kebakaran, Pengamat Sarankan Pemerintah Reformasi Perkilangan Migas

MONITOR, Jakarta – Kebakaran Kilang Dumai 1/10 sekitar pukul 21.00 WIB, bukan sekadar insiden teknis, tetapi alarm nasional yang menyoroti betapa rapuhnya infrastruktur perminyakan Indonesia yang sekaligus menggambarkan rentannya ketahanan energi nasional.

Ketua Majelis Pertimbangan Pusat PKS, Mulyanto, menilai dengan lifting minyak nasional yang hanya sekitar 600 ribu barel per hari (BPH), sementara kebutuhan mencapai 1,6 juta BPH dan kapasitas kilang domestik hanya ±1 juta BPH maka Indonesia praktis kian bergantung pada impor BBM dan APBN akan makin tertekan oleh lonjakan subsidi energi.

“Fakta ini tentu tidak menggembirakan. Yang gembira hanya para mafia impor migas yang terus bisa mendulang untung. Artinya kita tidak bisa lagi menunda reformasi perkilangan nasional. Kita harus bertindak cepat dan terukur. Bila tidak kita akan terus poco-poco, tidak ada kemajuan yang berarti,” kata Anggota Komisi Energi DPR RI Periode 2019-2024 ini.

Mulyanto mendesak Pemerintah perlu segera mengambil langkah strategis dengan mengaudit komprehensif dan memperkuat keamanan kilang yang ada.

Seluruh kilang tua seperti Dumai, Balongan dan Cilacap harus menjalani audit teknis menyeluruh, penggantian peralatan yang rentan, serta peningkatan sistem keselamatan dan proteksi kebakaran. Tanpa langkah serius seperti ini, risiko kebakaran berulang dapat melumpuhkan pasokan energi nasional.

Pasalnya, menurut Mulyanto, hampir setiap empat bulan sekali terjadi kasus kebakaran kilang minyak. Padahal sudah dibentuk unit organisasi setingkat Direktur untuk urusan manajemen risiko di Pertamina.

Aspek ini harus dievaluasi secara mendalam, kalau memang Pemerintah serius menangani soal ketahanan energi ini.

Selain itu Pemerintah perlu mempercepat pelaksanaan proyek peningkatan kapasitas kilang lama (Proyek RDMP) serta proyek pembangunan kilang baru.

“Modernisasi kilang Balikpapan, Cilacap dan Balongan harus dituntaskan sesuai jadwal. Kita sedih melihat kilang Balikpapan yang terbakar tahun lalu padahal baru saja berhasil ditingkatkan kapasitasnya.

Selain itu, Pemerintah perlu memulai pembangunan kilang baru dengan kapasitas tambahan minimal 500 ribu BOP melalui kemitraan dengan swasta dan investor asing untuk mengurangi impor BBM.
Paling tidak kilang Tuban, harus segera dituntaskan.

Jangan terkatung-katung seperti sekarang ini. Salah-salah bisa ambyar pembangunannya seperti kilang Bontang,” terang Mulyanto.

Sementara terkait pendanaan, Mulyanto berpendapat hal itu semestinya bisa diupayakan oleh Danantara.

“Tanpa langkah-langkah konkret memperkuat kilang lama, mempercepat pembangunan kilang baru, dan mengamankan cadangan BBM nasional, kita akan terus rentan terhadap krisis energi dan defisit migas yang menggerus APBN,” tutup Mulyanto.

Recent Posts

Dewan Hakim MQK Internasional 2025 Doakan Para Korban di Pesantren Al Khoziny Sidoarjo

MONITOR, Jakarta - Sebanyak 89 dewan hakim Musabaqah Qira’atil Kutub Internasional (MQKI) 2025 resmi dilantik…

51 menit yang lalu

Wakil Presiden Soka Gakkai Akui Dialog Antaragama Menghilangkan Salah Paham Tentang Islam

MONITOR, Jakarta - Yayasan Bani Abdurrahman Wahid dan Soka Gakkai Indonesia menggelar pameran Gus Dur…

4 jam yang lalu

Wamenag Ajak MPUII Dukung Program Nasional Prabowo

MONITOR, Jakarta - Wakil Menteri Agama, Romo Muhammad Syafi’i mengajak Majelis Permusyawaratan Umat Islam Indonesia…

6 jam yang lalu

PMI Manufaktur Tetap Ekspansif, Kemenperin Optimistis Industri Nasional Terjaga

MONITOR, Jakarta - Sektor industri manufaktur di tanah air masih menunjukkan geliat yang positif pada…

7 jam yang lalu

Sikap Hormat Puan Saat Lagu Kebangsaan Berkumandang Dibully, Ini Aturannya

MONITOR, Jakarta - Sikap seseorang dalam upacara kenegaraan sering menjadi perhatian publik, terutama saat menyangkut…

13 jam yang lalu

DEMA FISIP UIN Jakarta Gelar Kegiatan September Hitam “Menolak Lupa, Menggugat Penguasa”

MONITOR, Jakarta - Departemen Kajian dan Aksi Strategis (Kastrat) DEMA FISIP UIN Jakarta menggelar refleksi…

17 jam yang lalu