HUMANIORA

Menteri Agama: Tema AICIS 2025 Bukan Hanya untuk Indonesia Tetapi untuk Dunia

MONITOR, Jakarta – Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) secara resmi mengelar Kick Off Event Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) Tahun 2025 di Aula H.M. Rasjidi Kemenag Thamrin Jakarta Rabu 9 Juli 2025.

Menag Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa AICIS Tahun 2025 ini lebih spesifik dari biasanya, itu bisa dilihat dari temanya yakni Islam, Ekoteologi, dan Transfomasi Teknologi: Inovasi Multidisipliner untuk Masa Depan yang adil dan Berkelanjutan. Menurutnya, tema itu bukan hanya untuk Indonesia tetapi untuk dunia.

“Kita memperkenalkan apa yang disebut tadi dengan salah satu tema sub-temanya itu adalah ekoteologi. Nah kita sangat yakin betul bahwa kalau hubungan antara manusia dengan alam ini tidak harmonis, maka itu lebih dahsyat akibatnya daripada perang. Kita lihat perang yang terjadi tahun ini, Ukraina dengan Rusia, Israel dengan tetangganya, berapa? Itu kurang dari 60 ribu orang meninggal,” Kata Nasaruddin Umar.

Padahal kata Nasaruddin, orang yang meninggal karena klimate change atau perubahan iklim lebih banyak dibandingkan dengan korban perang. Berdasarkant data dari PBB itu kurang lebih 1 juta orang per tahun. “Jadi kalau kita tidak berhasil menciptakan harmoni antara lingkungan hidup dan lingkungan alam, maka tingkat kematian penduduk masyarakat, manusia itu sangat dahsyat,” Imbunya.

“Nah, apa yang bisa kita lakukan? Kita ingat Max Weber, tidak mungkin bisa merobah suatu perilaku masyarakat tanpa merobah sistem logos masyarakat itu sendiri. Apa itu logos itu ya pengetahuannya. Tidak mungkin bisa kita merobah sistem logos tanpa merobah sistem ethosnya masyarakat itu,” sambungnya.

Lebih lanjut Menag menjelaskan, ethos itu lebih dalam daripada logos. Oleh sebab itu tidak mungkin kita bisa merobah sistem ethos tanpa merubah sistem teologi. “Jadi the deepest one, yang paling dalam itu adalah sistem teologi,” Paparnya.

“Jadi kalau kita ingin menciptakan dunia ini sejahtera, aman, damai, maka memang harus menggunakan bahasa teologi, bahasa agama. Bahasa politik, bahasa diplomasi, dan bahasa pemerintah itu kadang-kadang tidak efektif untuk mengajak masyarakat untuk consciousness, untuk sadar, menyadarkan diri,” Ujar Menag.

Recent Posts

Aromatika Indofest 2025 Wangikan Industri Minyak Atsiri Hingga Pasar Global

MONITOR, Jakarta - Kementerian Perindustrian memberikan apresiasi atas suksesnya penyelenggaraan Aromatika Indofest 2025. Ajang ini…

7 jam yang lalu

Layanan Kesehatan Haji 2025 Berakhir, Kemenkes: Jumlah Jemaah Wafat Turun

MONITOR, Jakarta - Operasional layanan kesehatan jemaah haji Indonesia 1446 H/2025 M di Arab Saudi…

9 jam yang lalu

Gelar Sekolah Politik Anggaran, Fraksi PKB Pelototi APBD Kota Depok

MONITOR, Jakarta - Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) sepertinya serius menjawab tantangan Penjabat (Pj) Sekda…

12 jam yang lalu

Kementerian PU Segera Rampungkan Seksi 4 Tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat

MONITOR, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) terus mempercepat penyelesaian Jalan Tol Kuala Tanjung -…

13 jam yang lalu

Program Sekolah Rakyat Solusi Konkret Atasi Akes Pendidikan Keluarga Miskin Ekstrem

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI, Arzeti Bilbina, meminta pemerintah mengintensifkan pelaksanaan program Peluncuran…

14 jam yang lalu

Menag Minta Kampus PTKIN Kembangkan Ekoteologi

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar meminta kampus Peguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN)…

15 jam yang lalu