HUMANIORA

Tak Perlu Nunggu Puluhan Tahun untuk Sertifikasi, 33 Ribu Lebih Guru Kemenag Ikut PPG 2025

MONITOR, Jakarta – Bukan lagi mimpi! Kini guru-guru Kementerian Agama tak perlu menunggu hingga puluhan tahun untuk ikut sertifikasi. Sebanyak lebih dari 33 ribu guru resmi mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan Batch II tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama.

Program berskala nasional ini mengusung konsep transformasi digital dan berbasis pembelajaran mandiri, menjadikannya sebagai langkah monumental dalam reformasi sertifikasi guru di lingkungan pendidikan keagamaan.

Dulu, mengikuti PPG bisa butuh antrean hingga 30 tahun. Sekarang, cukup dari rumah, guru bisa belajar mandiri, menjalani uji kompetensi, dan mendapat sertifikasi resmi—semuanya lewat platform digital berbasis LMS. Inilah gebrakan besar yang membuka peluang bagi puluhan ribu guru menjadi profesional, berintegritas, dan siap menyongsong era pendidikan masa depan.

Ketua Panitia Nasional PPG, Thobib Al-Asyhar, saat membuka secara resmi PPG Dalam Jabatan Batch II tahun 2025 yang dikhususkan guru matapelajaran umum ini, menegaskan bahwa PPG 2025 adalah terobosan besar dalam sejarah pendidikan guru. Dengan mengandalkan platform LMS dan pembelajaran daring, Kemenag menepis model lama yang menuntut guru menunggu antrean hingga puluhan tahun hanya untuk bisa ikut PPG.
“Ini solusi cerdas. Sistem digital membuat kita bisa menjangkau ribuan guru sekaligus, lebih hemat biaya, tanpa mengorbankan kualitas,” ujarnya.

PPG 2025 juga mengadopsi seleksi administratif sebagai bentuk afirmasi bagi guru-guru lama, serta menerapkan beban belajar 36 SKS, dengan kombinasi RPL dan pembelajaran inti. Semua proses berlangsung tanpa tatap muka, memperkuat fleksibilitas tanpa mengurangi kedalaman materi.

Program ini juga menekankan pentingnya integritas dan nilai karakter. Peserta dilarang keras menggunakan joki, dan diharapkan mengikuti seluruh proses secara jujur dan penuh kesungguhan.

Selain itu, guru mapel umum di madrasah dituntut untuk mampu mengintegrasikan nilai keislaman ke dalam proses pembelajaran, menjadikannya berbeda dari guru di sekolah umum. Kolaborasi dengan guru mapel agama pun ditekankan guna mencetak lulusan yang unggul, moderat, dan religius.

“Kita ingin melahirkan generasi seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi—yang berpikir saintifik sekaligus spiritual. Dan itu butuh guru luar biasa,” ujar Thobib.

Lebih dari sekadar pelatihan teknis, PPG ini diposisikan sebagai ruang transformasi diri. Guru diharapkan menjadi pendidik sejati—bukan hanya pengajar, tetapi juga agen perubahan peradaban.

“Sentuhan pribadi guru tak bisa digantikan teknologi. Karena itu, guru harus terus belajar, rendah hati, dan mampu beradaptasi di tengah perubahan zaman,” pesan Thobib menutup arahannya.

Disampaikan Sekretaris Panitia Nasional PPG, Fathu Yasik, program ini difokuskan pada guru mata pelajaran umum dan melibatkan 14 LPTK mitra dari perguruan tinggi binaan Kemendikbudristek seperti UNJ, UPI, UNY, Unesa, UNM, hingga UNNES. Jumlah peserta dari madrasah mencapai 32.923 guru, ditambah guru dari Bimas Kristen (961), Katolik (42), dan Hindu (262) yang juga ikut serta.

“PPG ini bukan sekadar pelatihan, tapi momentum perubahan. Guru didorong menjadi pembelajar sejati yang mandiri dan bertanggung jawab penuh atas peningkatan kompetensinya,” ungkap Yasik.

Recent Posts

Wamenag Ajak Mahasiswa Jadi Penjaga Persatuan Bangsa di Kongres PMMBN

MONITOR, Jakarta - Wakil Menteri Agama Romo R. Muhammad Syafi’i, mengajak mahasiswa untuk menjadi penjaga…

2 jam yang lalu

Delegasi Indonesia Raih Perunggu pada Ajang Prison FitX Challenge di Brunei

MONITOR, Jakarta - Delegasi Pemasyarakatan Indonesia sukses meraih medali perunggu pada ajang Prison FitX Challenge…

2 jam yang lalu

Inilah Lima Dampak Buruk dari Makanan dan Harta Haram

Makanan adalah sumber energi yang bisa memengaruhi terhadap jasmani dan rohani manusia. Untuk itu, Islam…

5 jam yang lalu

Menag Hadiri Pertemuan Internasional untuk Perdamaian di Vatikan

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar bertolak ke Vatikan, Roma untuk menghadiri Pertemuan Internasional…

7 jam yang lalu

Pakar Politik Asia Tenggara Harap AICIS+ 2025 Hadirkan Solusi

MONITOR, Jakarta - Pakar sejarah dan politik Islam Asia Tenggara asal Malaysia, Prof. Farish A.…

14 jam yang lalu

Gelar Pahlawan Nasional Suharto Melegitimasi Kekuasaan Tanpa Batas

MONITOR, Jakarta - Lembaga kajian demokrasi dan kebajikan publik Public Virtue Research Institute (PVRI) menilai…

17 jam yang lalu