MONITOR, Jakarta – Wakil Kepala Badan Penyelenggara Haji (BP Haji) Dahnil Anzar Simanjuntak menilai, ada 5 faktor utama yang membuat terjadinya kekacauan dalam penyelenggaraan ibadah haji 2025. Kekacauan tersebut, kata Dahnil, menjadi catatan penting untuk perbaikan penyelenggaraan haji 2026 mendatang, terutama saat puncak ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
5 faktor tersebut pertama, persoalan transportasi yang sering terlambat, banyak jemaah Indonesia terpaksa berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina, atau dari Arafah ke Muzdalifah. Bahkan, sejumlah jemaah harus menunggu lama di hotel sebelum diberangkatkan ke Arafah.
“Ini menandakan bahwa pengelolaan transportasi belum maksimal. Padahal, ini aspek vital dalam penyelenggaraan haji,” kata Dahnil dalam konferensi pers di kantor BP Haji, Rabu (11/6/2025) malam.
Kedua, distribusi konsumsi atau katering juga menjadi masalah serius. Dahnil menyebut banyak penyedia katering tidak konsisten dalam menjaga kualitas dan komitmen layanan.
“Dalam dua hingga tiga hari terakhir, kami masih menemukan kasus di mana makanan tidak sampai ke hotel. Akibatnya, jemaah tidak makan pagi, siang, maupun malam,” ucapnya.
Ketiga, ketidaksinkronan dalam data jemaah atau big data juga disebut sebagai sumber kekacauan lainnya. Banyak jemaah yang mengalami kesalahan penempatan hotel hingga kamar.
“Ini akibat pendataan yang tidak tertata rapi sejak dari Indonesia. Jika tak dibenahi, masalah seperti ini akan terus terulang,” tutur Dahnil.
Keempat, kebijakan multisyarikah yang diterapkan tahun ini justru memperkeruh koordinasi dan mengacaukan sistem layanan. BP Haji menilai, lebih sedikit syarikah akan lebih mudah diawasi dan dievaluasi.
Kelima, pelayanan kesehatan menjadi persoalan yang krusial. Klinik Kesehatan Haji (KKH) Indonesia, menurut Dahnil, tidak dapat beroperasi secara optimal meskipun telah diberikan izin terbatas.
“Tenaga medis kita juga masih sangat kurang. Ini adalah problem serius yang harus segera ditangani untuk menjaga keselamatan dan kenyamanan jemaah,” ungkapnya.
Dahnil berharap, evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraan haji 2025 dapat menjadi dasar perbaikan yang konkret pada musim haji tahun depan.